Penanganan Covid
Dampak Covid-19, UMKM Sablon di Banjar Bindu Badung Akui Sepi Orderan
UMKM jenis sablon dan Konveksi yang ada di Banjar Bindu, Desa Mekar Bhuana, Desa Abiansemal, Badung, Bali, sepi orderan.
Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Di tengah pandemi Covid-19 hampir seluruh sektor ekonomi anjlok.
Termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) jenis sablon dan konveksi yang ada di Banjar Bindu, Desa Mekar Bhuana, Desa Abiansemal, Badung, Bali, juga mengakui sepi orderan.
Pantauan Tribun Bali di Sahadewa Sablon dan Konveksi, terlihat peranti meja sablon rotary ketika baru masuk.
Selain itu juga hasil-hasil kualitas sablon dan konveksi yang dihasilkannya juga dipajang di areal tempat sablon.
Baca juga: Penumpang Pesawat yang Tidak Ada Layanan PCR di Daerahnya Bisa Masuk Bali dengan Catatan Begini
Baca juga: Update Covid-19 di Bali 21 Desember 2020: Positif 135 Orang, Sembuh 118 Orang, dan Meninggal 1 Orang
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 di Bangli Bertambah Enam Orang
Hanya saja tidak ada aktivitas pada usaha rumahan tersebut.
Pemilik Sahadewa Sablon dan Konveksi, I Gusti Ngurah Agung, mengakui usahanya sepi sejak masa pandemi Covid-19 ini.
Dirinya mengaku usaha sablon yang digelutinya dari tahun 2019 ini turun drastis.
"Semenjak pandemi ini jumlah orderan turun. Mungkin karena teman-teman komunitas juga minim untuk membuat kaos. Begitu juga pelanggan dari beberapa tempat usaha juga banyak yang tidak buka atau sudah jarang order," katanya, Senin (21/12/2020).
Dirinya mengaku usahanya itu biasanya kerap membuat baju kaos beserta gambar, shopping bag, jaket, baju-baju kualitas distro dan aneka konveksi lainnya.
Sebelum pandemi, tiap seminggu sekali ada orderan, yaitu 3 sampai 4 orderan, termasuk orderan dengan skala besar.
"Tapi sekarang untuk orderan skala besar sudah tidak ada lagi. Paling seminggu ada satu orderan itu pun skala kecil," ungkapnya.
Selain karena minim orderan, pihaknya mengaku bahan baku berupa kain juga mengalami kenaikan harga.
Hal ini disebabkan pemasok bahan tekstil kain dominan biasanya didatangkan dari luar Indonesia, seperti China.
"Sekarang pemasok kain di Bali masih terkendala untuk mendatangkan barang tekstil. Katanya si kain itu didatangkan dari Wuhan Cina. Jadi otomatis harga kain juga naik sekarang," bebernya.
Sementara, untuk bisa bertahan, ia mengakui tetap konsisten untuk menggeluti dunia konveksi.