Breaking News

IPOC ke 21

Hadapi Tantangan Kompleks Industri Sawit, GAPKI Siapkan Sejumlah Strategi

Konsumsi domestik tetap mantap di angka 18,5 juta ton dibandingkan 17,6 juta ton pada tahun lalu

TRIBUN BALI/ZAENAL NUR ARIFIN
IPOC 2025 - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono saat memberikan sambutan dalam pembukaan 21st Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) di BICC The Westin Nusa Dua, Rabu 13 November 2025 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA -  Industri sawit nasional menghadapi tantangan yang kompleks dan belum pernah terjadi di era sebelumnya. 

Perhatian terhadap lansekap perdagangan global yang berubah, penerapan tata kelola yang tepat serta kebijakan bauran energi menjadi faktor penting yang akan sangat menentukan masa depan industri sawit nasional. 

“Inilah strategi yang akan GAPKI terapkan,” ujar Ketua Umum Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono dalam sambutan pembukaan 21st Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) di BICC The Westin Nusa Dua, Rabu 13 November 2025. 

Optimisme itu didasari sejumlah sinyal. 

Data September 2025, misalnya. Produksi melonjak lebih dari 43 juta ton atau 11 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. 

Di sisi ekspor termasuk Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah dan turunannya, oleokimia, serta biodiesel mencapai lebih dari 25 juta ton, atau 13,4 persen lebih tinggi dari tahun lalu, menyuplai negara kita dengan devisa sebesar $27,3 miliar yang berarti 40 persen lebih tinggi dari tahun lalu. 

Sementara di dalam negeri, konsumsi domestik tetap mantap di angka 18,5 juta ton dibandingkan 17,6 juta ton pada tahun lalu.

“Kinerja industri sawit menunjukkan sedikit percepatan dibandingkan periode yang sama,” lanjut Eddy sambil mengingatkan bahwa angka-angka itu sebagai “wake up call” bahwa perlu strategi yang tepat menyangkut tiga lingkup penting bagi industri sawit nasional.

Karena itu, menurut Eddy, sebagai forum strategis tahunan yang menjadi barometer arah kebijakan dan prospek industri kelapa sawit nasional maupun global, IPOC kali ini mengambil tema “Navigating Complexity, Driving Growth: Governance, Biofuel Policy and Global Trade.”

Terkait dengan perdagangan global, menurut Eddy, sebetulnya peluang pertumbuhan industri sawit nasional terbuka lebar. 

Salah satunya dapat dilihat dari momentum bersejarah berupa Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) yang mengubah percaturan dan akses langsung ke pasar terbesar di dunia.

Kendati demikian, regulasi mengenai deforestasi Uni Eropa (EU’s Deforestation Regulations atau EUDR) mengharuskan segenap pelaku industri ini lebih strategis, patuh dan menunjukkan komitmen atas nilai-nilai positif yang terkandung di dalam industri sawit nasional.  

EUDR, menurut Eddy, bukanlah sekadar regulasi. EUDR harus dipandang sebagai cermin bagi sistem yang harus dibangun dan diterapkan pada industri sawit nasional. 

Informasi yang keliru harus diluruskan dengan data dan fakta yang sebenarnya. 

Tuntutan atas standar yang ditetapkan Eropa, mesti ditegaskan dengan menerapkan standar yang jauh lebih baik.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved