Serba Serbi
Tikar Bekas Mayat hingga Tidur di Sawah Dipercaya Adalah Obat Cetik
Seseorang yang terkena Cetik Candang Gelang, maka penyakitnya adalah gelisah
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Dalam buku Usadha Cetik, tertulis juga ihwal Cetik Candang Gelang. ‘Kene Cetik Candang Gelang, panglaranya grebiag-grebiug, duwurnya baat, tan sah makita pules, rahina wengi ta., wenang pulesang ring carik, galengin antuk lampit, rurubin don telujungan, makelemah, sampun lemah ajak mulih, raris sembar, antuk dawun tebu arungan sarwa nget, borehnya, sa., rwaning janggar ulam, beras tuh, woh purnajiwa, gamongan, toya arak’
Arti dari kalimat di atas, adalah seseorang yang terkena Cetik Candang Gelang, maka penyakitnya adalah gelisah. Kepalanya terasa berat, selalu ingin tidur, baik siang dan malam. Obatnya adalah dengan membawa si penderita tidur di sawah. Berbantalkan lampit, atau garu untuk meratakan tanah yang ditarik sepasang sapi atau kerbau. Kemudian ditutup dengan daun pisang sampai pagi. Setelah pagi, diajak pulang, lantas disembur daun tebu arungan yang masih hangat.
Baca juga: Mengenal Cetik, Racun Tradisional Bali, Dua Jenis Cetik Ini Paling Berbahaya
Baca juga: Kerikan Gangsa Hingga Reratusan, Kenali Ciri Kena 3 Cetik Ini dan Cara Mengobatinya
Baca juga: Cetik Crongcong Polo Bikin Sakit Kepala, Ini Obatnya
Untuk lulurnya, bersaranakan daun salam, beras kering, buah purnajiwa, lempuyang, yang dicampur dengan airnya arak.
Hal ini dijelaskan dalam buku Usadha Cetik, diterbitkan Yayasan Dharma Pura Denpasar, Bali dengan cetakan pertama Januari 2003.
Oleh editor naskah Ki Dalang Sengit. Disebutkan bahwa cetik adalah sebutan racun mematikan racikan manusia.
Untuk keperluan perbuatan jahat, semisal karena dendam, iri, dengki, dan lain sebagainya.
Jika seseorang mati secara tiba-tiba, dengan memuntahkan darah hitam dan kental.
Maka hal tersebut biasanya pertanda akibat terkena cetik.
Kadar cetik ada dua, yakni kasar dan halus.
Dijelaskan bahwa kadar cetik yang kasar akibatnya bisa sangat fatal.
Sedangkan kadar cetik halus, akibat yang ditimbulkannya perlahan-lahan.
Semisal di penderita merasakan penderitaan tiada henti.
Ada banyak dijelaskan obat untuk mengobati cetik dalam buku usada tersebut.
Satu diantaranya, adalah minyak bawang merah dicampur kelapa hijau dan digunakan sebagai kompres.
Minyak sindrong wayah, kulit jeruk, kulit limao, kulit jeruk yang besar, kulit jrungga, gempong dapdap, gempong kamboja, kulit kayu merak, kulit kayu suren, lobak, kacemcem, kaang, pahi, sirih lebar, yang berjumlah 16 bagian dijadikan satu, dipakai pengobatan sakit kurap.
Minyak campuran, sarananya katibubuan, kotoran babi, ijuk putih, ujung iyip (lidi dari pohon enau yang ujungnya lancip) sebanyak 3 buah.
Ujung sapu lidi, sampah yang diambil dari perempatan jalan, sobekan tikar bekas pengusungan mayat, tanah tempat pembakaran mayat, lalu dicampur dengan minyak kepala hijau, dipakai obat kena pepasangan (benda magis yang ditaruh pada tempat tertentu), dan yang bengkak sampai luka menahun.
Minyak alang-alang, lendir kayu santan, waru, manik bambu, kepala hijau, dapat digunakan sebagai pengobatan segala macam luka.
Ini lah tanda-tanda terkena racun/cetik.
Disebutkan bila baru terkena, dalam jangka dua hari akan timbul panas dingin.
Pikiran tidak menentu, tidak ada kemauan bicara.
Bila melihat pohon kayu, seperti sedang bergerak-gerak, karena pikirannya bingung layaknya orang mabuk dan kakinya dingin.
Hal tersebut adalah ciri dari Cetik Raratusan.
Saranya juga minyak, yakni minyak temu-temu, dari segala macam temu-temu.
Minyak lungsir 5 warna, daging yang digunakan dalam upacara catur, sindrong wayah, sirih yang lebar, daun salam, beras, kelapa buta, kelapa hijau, kelapa mulung, kelapa bulan, kelapa sudamala, kelapa bingin, kelapa sangket, kelapa gading, kelapa enggal.
Kelapa yang bersuara klopak-klopak, kepala mulung, yang jatuh dari pohonnya saat hari kajeng kliwon.
Kelapa keten, kelapa ngendih, buah ganjah.
Ini digunakan sebagai obat, minyak kelapa delapan macam kemudian dicampur menjadi satu.
Ini digunakan sebagai pengobatan segala macam racun/cetik. (*).