Berita Klungkung

Cabai Rontok dan Busuk Saat Musim Penghujan, Ini yang Harus Diperhatikan Petani

Kadis Pertanian Klungkung Ida Bagus Juanida menjelaskan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan petani cabai saat musim hujan.

Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Wema Satya Dinata
Tribun Bali/Eka Mita Suputra
Nengah Sudarma (55) Petani di Desa Selisihan Klungkung, mengeluh dengan banyaknya tumbuhan cabai mereka yang layu dan mati belum lama ini. 

"Disamping itu  pasokan dari luar pulau terutama dari Lombok dan Pulau Jawa juga sangat terbatas," ujar Susanta.

Selain komoditi cabai merah, sayur-mayur juga mengalami kebaikan sekitar 20 sampai 30 persen.

Kenaikan harga komoditi cabai di Klungkung, sebenarnya sudah mulai terjadi sejak akhir tahun lalu.

Berdasarkan pemantauan Tim Pengendali Inflasi Daerah Klungkung, Sejak Minggu (27/12/2020) lalu, harga cabai rawit merah sudah berkisar Rp. 42.000,- per Kilogram, lalu Senin (28/12/2020) menjadi Rp. 56.000,-/kg.

Bahkan Minggu (3/1/2021) harga komoditi cabai merah di Klungkung sudah mencapai Rp 80 ribu per kilogramnya.

Jika harga normal sekitar Rp 25 ribu sampai Rp 35 ribu per kilogram.

Campur Cabai Merah dan Hijau

Dengan harga cabai rawit merah mencapai Rp 80 ribu per kilonya, para pedagang atau pengepul cabai harus mensiasati dagangannya agar dapat dijangkau pembeli.

" Dengan harga cabai rawit merah seperti saat ini, warga sangat sulit menjangkaunya.

Terpaksa kami jualnya campur yang cabai merah dan hijau," ungkap seorang pedagang cabai di Klungkung Dewa Ayu Suniartini, Minggu (3/1/2021).

Menurutnya jika harga cabai rawit merah di Klungkung harganya berkisar Rp 80 ribu per kilonya.

Baca juga: Harga Cabai di Klungkung Capai Rp 80 Ribu Per Kilogram, Warga: Saya Sampai Tidak Jualan Lawar Lagi

Sementara dengan mencampurnya bersama cabai rawit yang masih hijau, pedagang bisa menekan harga sampai menjualnya Rp 60 ribu per kilonya.

" Kalau dengan harga cabai rawit merah saat ini, warga takut membelinya," ungkap Dewa Ayu Suniartini.

Hal serupa diungkapkan pedagang cabai lainnya Nengah Wiwin.

Ia pun terpaksa mencari untung sangat sedikit, agat bisa memutar penjualannya.

" Terpaksa juga jualnya campur cabai merah dan hijau, agar ada warga yang mau beli," jelasnya.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved