Berita Buleleng

Harga Kedelai Meroket, Pengusaha Tempe di Buleleng Terpaksa Turunkan Jumlah Produksi

Harga kedelai import merangkak naik. Kenaikan ini terjadi sejak November 2020 lalu, hingga menyebabkan para pengusaha tempe dan tahu terpaksa menurun

Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Tribun Bali/Ratu Ayu Astri Desiani
Said menunjukkan produksi tempenya, Senin (4/1/2021) 

Baca juga: Buntut Pengrajin Mogok Produksi, Tempe dan Tahu Langka, Warga Ngaku Rela Beli dengan Harga Tinggi

Aip menjelaskan untuk membuat tahu dan tempe memerlukan tambahan biaya produksi sebesar Rp 3.000 hingga Rp 4.000.

 Sehingga Aip menganjurkan kenaikan sebesar 20%.

"Oleh karena itu kita usul naik 20% jadi Rp 15.000 per kg," terang Aip.

Keputusan tersebut diharapkan akan didukung oleh pemerintah.

Meski tak memerlukan persetujuan pemerintah, Aip menerangkan perlu adanya dukungan pemerintah.

Pekan depan Gakoptindo akan melakukan pembahasan denhyan Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Nantinya Gakoptindo mengusulkan adanya kebijakan yang menguntungkan seluruh pihak.

Aip menerangkan salah satu penyebab naiknya harga kedelai adalah pengaruh harga dunia.

Asal tahu saja saat ini Indonesia masih mengandalkan impor kedelai untuk produksi tahu dan tempe.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved