Inflasi 1,68 Persen, Jumlah Turis Asing Anjlok 73,6 Persen

BPS mencatat inflasi di sepanjang tahun 2020 sebesar 1,68 persen secara tahunan.

Editor: Kander Turnip
Tribun Bali/Rizal Fanany
Sejumlah wisatawan mancanegara menggunakan masker saat mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Badung, Jumat (31/1/2020). Sebelumnya, WHO telah menetapkan status darurat terhadap virus Corona. 

Inflasi 1,68 Persen, Jumlah Turis Asing Anjlok 73,6 Persen

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi di sepanjang tahun 2020 sebesar 1,68 persen secara tahunan (yoy).

Angka inflasi tersebut berada di bawah target sasaran inflasi yang sebesar 2 persen hingga 4 persen.

“Ini merupakan inflasi yang terendah sejak BPS merilis data inflasi,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, di Jakarta, Senin (4/1/2021).

Setianto menyebutkan, ada 10 komoditas yang memberikan andil inflasi di sepanjang tahun lalu.

Emas perhiasan memegang andil paling tinggi, yaitu 0,26 persen.

Posisi kedua ada cabai merah yang memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,16 persen dan disusul dengan minyak goreng yang memberi andil 0,10 persen.

Rokok kretek filter dan rokok putih masing-masing memberi andil pada inflasi sebesar 0,09 persen.

Baca juga: Data BPS: Jumlah Kunjungan Wisman ke Indonesia Anjlok 88,25 Persen pada Oktober 2020

Baca juga: Inflasi Kota Denpasar 0,2 Persen dan Kota Singaraja 0,37 Persen, Ini Rinciannya dari BPS

Sementara daging ayam ras menyumbang 0,05 persen pada inflasi di sepanjang tahun 2020.

Lalu, telur ayam ras, ikan segar, nasi dengan lauk, serta uang kuliah akademik atau perguruan tinggi memberikan andil pada inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat inflasi pada bulan Desember tahun 2020 sebesar 0,45 persen, dan banyak dipengaruhi kenaikan harga sejumlah komoditas. dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), ada 87 kota yang mengalami inflasi, sedangkan 3 kota lainnya mengalami deflasi.

Gunung Sitoli menjadi kota yang mengalamai inflasi tertinggi sebesar 1,87 persen yang dipicu naiknya harga cabai merah dan cabai rawit.

"Dari 90 kota IHK, yang mengalami inflasi tertinggi adalah Gunung Sitoli yaitu sebesar 1,87 persen. Utamanya disebabkan oleh kenaikan harga cabai merah dengan andil 0,64 (persen), kemudian cabai rawit dengan andil 0,38," jelas Setianto.

Kemudian untuk inflasi terendah terjadi di kota Tanjung Selor yaitu sebesar 0,05 persen.

Sementara itu, kata dia, ada beberapa kota IHK yang mengalami deflasi dan deflasi tertinggi terjadi di Luwu yakni sebesar minus 0,26 persen.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved