Serba Serbi

Tumpek Wayang, Lahir Jumat Wajib Harus Lakukan Sapuh Leger

Secara turun-temurun di tengah-tengah masyarakat, orang percaya bahwa yang lahir sejak Minggu  pada Wuku Wayang harus disapuh leger.

Penulis: Anak Agung Seri Kusniarti | Editor: Noviana Windri
http://suaratuhan.blogspot.com via Tribun Travel
Wayang kulit kristus. 

Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Sejak dahulu kala, ada kepercayaan diantara umat Hindu Bali.

Bahwa seseorang yang lahir di Wuku Wayang harus disapuh leger.

Sebab jika tidak akan ada marabahaya, berkaitan dengan kisah Bhatara Kala yang akan memangsa adiknya sendiri Hyang Kumara. Wuku Wayang berada dalam urutan ke-27, setelah Wuku Ugu dan sebelum Wuku Kulawu.

Layaknya wuku lain, Wuku Wayang berlaku seminggu, sejak hari Minggu sampai Sabtu.

Secara turun-temurun di tengah-tengah masyarakat, orang percaya bahwa yang lahir sejak Minggu  pada Wuku Wayang harus disapuh leger.

Baca juga: Tak Semua yang Lahir pada Wuku Wayang Harus Disapuh Leger, Berikut Aturan Menurut Kala Pati Tattwa

Namun hal tersebut diluruskan oleh Ida Pedanda Gede Menara Putra Kekeran, dari Gria Pemaron, Selat, Sangeh, Badung.

Kepada Tribun Bali, beliau menjelaskan bahwa tidak semua yang lahir pada Wuku Wayang harus disapuh leger.

“Hanya yang lahir pada hari Jumat saja, yang harus disapuh leger,” tegasnya, Jumat (8/1/2021) via sambungan telepon.

Pedanda yang saat welaka bernama Ida Bagus Sudarsana ini, menjelaskan hal tersebut sesuai tattwa dan kisah di dalamnya. D

iceritakan bahwa Hyang atau Dewa Kumara, lahir pada hari Tumpek Wayang.

Sayangnya kelahiran putra Dewa Siwa ini, sama dengan kelahiran sang kakak yaitu Bhatara Kala.

Mengetahui sang adik lahir di hari yang sama, maka Bhatara Kala hendak memangsanya. Bhatara Kala terus mengejar adiknya sendiri, dan hendak memakannya.

Singkat cerita, sejak hari Minggu sampai Jumat kala Wuku Wayang, Bhatara Kala terus mengejar Hyang Kumara.

Kemudian hari Jumat Wuku Wayang, Hyang Kumara hampir dimakan oleh Bhatara Kala.

Lalu bersembunyi Hyang Kumara di bumbung gender.

Baca juga: Panglukatan Bagi Anak yang Lahir Wuku Wayang

Ia meminta tolong kepada Ki dalang yang sedang melakukan pertunjukan wayang. Karena dirinya dikejar oleh Bhatara Kala dan hendak dimakan.

Datanglah Bhatara Kala ke Ki dalang, dan menanyakan apakah Hyang Kumara ada di sana.

Ki dalang membantu Hyang Kumara, dan membiarkannya bersembunyi.

Karena ada babi guling di perayaan itu, Bhatara Kala yang haus dan lapar memakannya.

Termasuk sesajen yang akan dihaturkan Ki dalang kepada Dewa Siwa.

Ki dalang lalu berdebat dengan Bhatara Kala, karena telah memakan babi guling dan sesajennya.

“Intinya Ki dalang hendak melaporkan sikap Bhatara Kala kepada Dewa Siwa, dan membuat Bhatara Kala ketakutan. Ia pun minta ampun dan tidak berani kepada Ki dalang,” jelas Ida pedanda. Bhatara Kala pun berjanji tidak akan memakan orang yang lahir pada Tumpek Wayang, jika sudah menghaturkan sesajen dan menggelar wayang sapuh leger.

Akhirnya Ki dalang membantunya, agar tidak mendapat murka dari Dewa Siwa.

“Makanya perlu ada guling di sapuh leger itu. Bantennya bebangkit, satu saja bisa,” sebut beliau.

Jika memang tidak ada biaya, maka sapuh leger massal juga bisa diikuti oleh umat yang lahir tepat hari Jumat Wuku Wayang.

“Berapapun yang disapuh leger, baik itu 50 orang sekaligus tetap gulingnya hanya satu, karena kan lahirnya sama-sama Jumat,” tegas Ida pedanda.

Lanjut kisahnya, Bhatara Siwa yang mengetahui Bhatara Kala hendak memangsa adiknya, kemudian memastu Hyang Kumara agar terus kecil dan tidak pernah besar.

Sebab perjanjian Dewa Siwa dengan Bhatara Kala, ia boleh memangsanya jika Hyang Kumara sudah besar.

Akhirnya karena terus kecil, Hyang Kumara tidak bisa dimangsa oleh Bhatara Kala.

Ida pedanda menjelaskan, bahwa semua aturan dan kisah tentang sapuh leger Wuku Wayang ini sudah tertulis di Kala Pati Tattwa.

Sehingga beliau mengikuti apa yang sudah disuratkan, tidak berani melebihkan atau menguranginya. Beliau hanya meluruskan, bahwa seseorang yang lahir hari Jumat saat Wuku Wayanglah yang disapuh leger.

“Ketentuannya kalau seseorang lahir Jumat ketika Wuku Wayang, karena dia nadah atau tepat hari kala paksa, maka harus disapuh leger,” tegas beliau.

Sedangkan seseorang yang lahir sejak hari Minggu sampai Kamis, tidak perlu disapuh leger. Hanya perlu nunas tirta panglukatan Sudamala.

Kemudian yang lahir Sabtu, tepat ketika Tumpek Wayang hanya perlu nunas tirta panglukatan Samarana.

Namun karena selama ini sudah berjalan, sehingga semua orang mengira jika lahir Wuku Wayang maka harus disapuh leger.

Lanjut beliau, untuk panglukatan baik itu tirta Sudamala maupun Samarana, maka akan disiapkan oleh sang sulinggih yang muput upacara. Termasuk banten sapuh leger, juga disiapkan oleh sang sulinggih.

“Untuk pertunjukkan wayangnya baru disiapkan oleh dalang,” sebut beliau. Sehingga bagi yang lahir Jumat, bisa melakukan sapuh leger sendiri atau massal dengan orang-orang yang lahir di hari yang sama Wuku Wayang.

Yang jelas, kata beliau, banten sapuh leger harus lengkap bagi yang lahir hari Jumat dan pertunjukan wayangnya pun harus ada.

Untuk yang lahir hari Minggu sampai Kamis Wuku Wayang, bisa nunas banten ke gria sang sulinggih seperti banten daksina, pejati, dan suci.

Beliau mengestimasikan, untuk biaya sapuh leger berada pada kisaran Rp 14 juta-Rp 15 juta dan itu sudah lengkap.

Sedangkan biaya untuk upacara panglukatan dengan tirta Sudamala dan Samarana lebih murah lagi, tidak lebih dari Rp 3 juta.

Beliau mengingatkan, agar yang masih keliru di lapangan bisa diluruskan. Sehingga sesuai dengan ajaran tattwa dalam Hindu.

Sebab hanya hari Jumat yang merupakan hari berbahaya, sedangkan Sabtu merupakan hari yang sudah lewat dari upaya Bhatara Kala memangsa Hyang Kumara.

Dan hari Minggu sampai Kamis adalah hari pengejaran. Untuk persembahyangan umum, saat Tumpek Wayang beliau memberitahu agar umat memohon perlindungan kepada Dewa Siwa. Guna menghindari hal yang tidak baik.

“Bisa dengan menghaturkan banten pejati di merajan masing-masing dan memohon kepada Bhatara Siwa. Semedi dengan menyebut namanya juga boleh,” imbuh beliau. 

Baca juga: Watak Keras Kelahiran Wuku Wayang, Ini Pengeruwatannya!

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved