Corona di Bali

Ada Warga Terpaksa Makan Kucing, Komunitas Anti Lapar Denpasar Turun Tangan

Komunitas Anti Lapar yang terdiri dari anak-anak rantau yang ngekos di Kota Denpasar, membagikan paket sembako pada Sabtu (9/1/2021).

Tribun Bali/Ni Luh Putu Wahyuni Sari
Komunitas Anti Lapar (kiri) ketika mewawancarai calon penerima bantuan sembako di Pasar Renon, Denpasar pada Sabtu (9/1/2021). 

"Jadi berkaca pada pengalaman sebelumnya, semoga kami bisa tetap membagikan sembako untuk masyarakat yang terdampak Covid-19 di Kota Denpasar.

Dengan demikian, harapan kami, tidak akan ada lagi cerita orang yang tidak bisa makan hingga lima hari, atau mengonsumsi daging kucing.

Kami usahakan pada PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang akan diterapkan dalam waktu dekat, kami masih bisa membagikan sembako sebanyak-banyaknya," lanjutnya.

Bernadeta mengungkapkan, kegiatan sosial kemanusiaan ini akan diusahakan berjalan terus hingga dana yang tersedia habis atau sudah tidak ada donatur lagi yang menyumbang.

Pada Sabtu (9/01/2021) hari ini, Komunitas Anti Lapar hanya menyediakan 57 paket sembako. Pihaknya akan selektif, dengan mendahulukan mana warga yang lebih prioritas untuk mendapatkan bantuan terlebih dahulu.

Untuk itu, orang-orang yang datang meminta bantuan, akan diwawancarai terlebih dahulu untuk disaring apakah benar-benar mendesak untuk mendapatkan bantuan sembako hari ini atau bisa ditunda hingga minggu depan.

"Biasanya kami tanya apa pekerjaannya, siapa saja dan berapa orang yang jadi tanggungannya; penghasilannya berapa, tinggal di Kota Denpasar ini ngekos, ngontrak ataukah rumah sendiri.

Juga jika punya anak, apakah anak-anaknya masih bersekolah atau bagaimana. Jawaban-jawaban dari mereka akan jadi pertimbangan kami dalam menyerahkan bantuan,” jelas Bernadeta.

Sementara, seorang warga yang mendapatkan bantuan, Ketut W mengatakan bahwa bantuan paket sembako yang ia terima berupa beras, mie, gula, dan minyak goreng.

"Bantuan yang saya dapatkan berupa beras, mie, gula, dan minyak goreng. Dan memang untuk sehari-hari kami susah memenuhi kebutuhan hidup.

Terlebih saya tidak bekerja, sedangkan suami cuma bekerja harian sebagai kuli bangunan. Saya sangat senang dengan adanya bantuan ini, apalagi saya belum pernah mendapatkan bantuan apapun sebelumnya," terang Ketut.(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved