Corona di Bali
Ahli Virologi Unud: PPKM Tidak Efektif Apabila Uji, Lacak dan Isolasi Tak Memenuhi Target
Jadinya PPKM itu efektif kalau misalnya uji, lacak dan isolasi tidak bagus," kata Mahardika saat dihubungi awak media dari Denpasar, Senin 18 Januari
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Pemerintah saat ini menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk menanggulangi pandemi Covid-19.
Di Bali, kebijakan ini berlaku di sejumlah daerah, yakni Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung dan Tabanan.
Namun Ahli Virologi dan Biologi Mulekuler Universitas Udayana (Unud), I Gusti Ngurah Kade Mahardika menilai, penerapan kebijakan PPKM ini tidak bakal efektif dalam menekan penyebaran Covid-19 apabila kemampuan uji, lacak dan isolasi masih terbatas.
"Memang tidak efektif jadinya.
Jadinya PPKM itu kurang efektif kalau misalnya uji, lacak dan isolasi tidak bagus," kata Mahardika saat dihubungi awak media dari Denpasar, Senin 18 Januari 2021.
Baca juga: Minim Laksanakan Rapid Antigen Saat PPKM, Satpol PP Badung Akui Tempat Karantina Di Badung Penuh
Dirinya mengungkapkan, Bali dengan jumlah penduduk kurang dari 4,4 juta orang harusnya bisa menguji sebanyak 4.000 orang per hari atau idealnya 40.000 orang per hari.
Menurutnya, jika uji yang dilakukan kepada masyarakat rendah maka keberadaan virus di tengah masyarakat sulit untuk diketahui.
Selain uji, pelacakannya juga harus memadai.
Mahardika menilai, idealnya satu orang yang diketahui positif Covid-19 harus dilacak sebanyak 30 orang yang ada disekitarnya.
"Sedangkan kemampuan Bali, saya pernah punya data beberapa bulan yang lalu, tiga lima orang saja.
Itu pelacakan rendah," terangnya.
Sementara isolasi, Prof Mahardika mengungkapkan bahwa dirinya tidak percaya dengan kebijakan isolasi mandiri.
Oleh karena itu, Mahardika meminta agar tidak ada kebijakan isolasi mandiri terhadap masyarakat yang terjangkit Covid-19.
"Saya punya tetangga, punya kenalan, positif tapi ke sana kemari jalan-jalan tidak isolasi mandiri," jelasnya.
Di sisi lain, Mahardika kecewa lantaran publik tidak pernah disuguhkan dengan data pelacakan, kasus positif rate harian, termasuk tingkat hunian rumah sakit.
Baca juga: Daya Tular Virus Covid-19 Meningkat Tajam, Prof Mahardika Usulkan Lockdown Bali
Akibatnya publik menjadi semakin tidak serius dalam menyikapi pandemi Covid-19 lantaran tidak pernah melihat data.
"Tiba-tiba saja pemerintah mengatakan tingkat hunian rumah sakit penuh.
Kan tanda tanya, masyarakat tidak tahu," kata Mahardika.
Tempat Karantina di Badung Penuh
Seperti diberitakan, Dinas Kesehatan Kabupaten Badung mengakui sampai saat ini tempat karantina yang disediakan pemerintah setempat penuh.
Kendati demikian, semua itu masih bisa ditangani, lantaran ada tambahan tempat karantina dari Provinsi Bali.
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Badung Dr Nyoman Gunarta mengatakan sampai saat ini tempat karantina yang disediakan Kabupaten Badung semuanya penuh.
Mulai dari hotel yang berlokasi di wilayah Kuta maupun rumah singgah.
“Iya penuh tapi kan sudah ada tambahan dari Provinsi. Sehingga bisa dilakukan karantina di provinsi,” katanya.
Untuk tempat karantina tersebut, akunya, Provinsi menyediakan tiga hotel yang berlokasi di Sanur.
Sehingga untuk Kabupaten Badung nantinya akan melakukan karantina di tiga hotel yang telah ditetapkan provinsi.
“Jadi yang disediakan, kalau tidak salah hampir 500 kamar dengan total 1.000 bed.
Sehingga kami rasa itu cukup lumayan banyak,” katanya.
Baca juga: Pelaksanaan PPKM di Kelurahan Panjer Denpasar, Satu Petugas Dapat Insentif Rp 600 Ribu
Disinggung mengenai rencana Bupati Badung yang akan menjadikan gedung baru RSD Mangusada sebagai tempat karantina atau isolasi, Dokter asal Desa Sibang Gede, Abiansemal Badung itu membenarkan rencana tersebut.
Hanya semua masih dalam tahap pembahasan.
“Di RSD Mangusada itu ruang isolasi yang dibuat. Sebenarnya kan sudah selesai bangunan tersebut.
Hanya saja nantinya khusus untuk pasien covid-19 sedang dan berat,” katanya.
Lanjut dijelaskan, Bupati Badung bermaksud mempercepat utilisasi Gedung D sehingga kapasitas tempat tidur bisa bertambah.
“Namun rencana ini nunggu Perubahan atas penjabaran APBD 2021. Iya mudah mudahan Februari ini sudah bisa di mulai pembahasannya,” jelas Gunarta
Pada tahap awal Kabupaten Badung menyediakan hotel untuk tempat karantina di wilayah Kuta sebanyak 89 kamar.
Hotel itu pun diperuntukan untuk PMI dan tenaga medis.
Selanjutnya penambahan tempat karantina kembali dilakukan untuk paramedis yakni di Hotel yang berlokasi di wilayah Sempidi dan rumah singgah di wilayah Kuta.
“Untuk Jumlah pastinya berapa punya Badung saya kurang hafal. Termasuk berapa yang dikarantina. Karena setelah kita melakukan tracing dengan men-screening yang diduga terjangkit atau yang reaktif rapid kita karantina dulu.
Baca juga: Harusnya Jalani Karantina, Warga Ini Justru Keluyuran Tak Pakai Masker di Pasar Galiran Klungkung
Namun jika positif covid-19 dipastikan akan di karantina dan yang hasilnya negatif akan dipulangkan,” jelasnya sembari mengatakan datanya pasti cepat berubah. Namun yang jelas saat ini tempat karantina di Badung penuh.
Sementara berdasarkan data dari Koordinator Bidang Komunikasi Publik GTPP Covid-19 Badung Made Suardita sampai Minggu 17 Januari 2021 kemarin ada penambahan 43 kasus baru. Lebih rinci pihaknya menyebutkan, jumlah kumulatif kasus di Kecamatan Petang hingga saat ini sebanyak 171 kasus, Kecamatan Abiansemal 743 kasus, Kecamatan Mengwi 1.054 kasus, Kecamatan Kuta 482 kasus, Kecamatan Kuta Selatan 874 orang, dan Kecamatan Kuta Utara 698 orang.
“Sementara itu kasus sembuh kemarin bertambah sebanyak 20 orang” jelasnya
Total kumulatif kasus sembuh menjadi 3.318 orang dengan rincian kasus sembuh di Kecamatan Petang sebanyak 149 kasus, Kecamatan Abiansemal 664 kasus, Kecamatan Mengwi 917 kasus, Kecamatan Kuta 378 kasus, Kecamatan Kuta Selatan 615 orang, dan Kecamatan Kuta Utara 595 orang.
“Untuk kasus meninggal kemarin nihil. Sehingga total kumulatif kasus meninggal tetap berjumlah 78 orang.
Rinciannya, terbanyak di Kecamatan Mengwi 23 orang, Kecamatan Abiansemal 18 orang, Kecamatan Kuta Selatan 13 orang, Kecamatan Kuta 13 orang, Kecamatan Petang 6 orang, dan Kecamatan Kuta Utara 5 orang,” tungkasnya. (*)