Serba Serbi
Watugunug Runtuh, Ini Maknanya Dalam Ajaran Hindu
Kajeng Kliwon Pamelas Tali, sering disebut Kajeng Kliwon Watugunung Runtuh.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Konon ia tidak bisa mati oleh siapapun, kecuali oleh Bhatara Wisnu.
"Oleh karena saktinya, maka anak ini menjadi sombong, angkuh, ingin menguasai semua kerajaan," jelas jro mangku.
Dan memang benar saja, raja pun takluk kepadanya.
Suatu saat I Watu Gunung juga menyerang kerajaan ayahnya, dan takluk lalu memperistri kedua permaisuri raja tersebut.
Ketika sedang bercengkerama untuk mencari kutu pada kepala I Watu Gunung, ada bekas luka.
Di sana barulah Dewi Sinta teringat, bahwa dahulu anak ini pernah dipukul dengan sendok nasi.
Ketika anak itu meminta makan tetapi belum masak dan matang.
Kala itu sang ibu (Dewi Sinta) marah, lalu dipukulah anaknya sampai ada tanda pada kepalanya.
"Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan antara anak dan ibu, maka ibunya meminta agar dicarikan madu dan tidak lain adalah istrinya Bhatara Wisnu yang bernama Dewi Laksmi," sebutnya.
Demikian kisahnya, kata dia, dalam lontar Medang Kamulan.
Pemangku Pura Campuhan Windhu Segara ini menjelaskan bahwa berbagai versi dari mitologi ini.
Namun pada intinya sama saja.
"Dari mitologi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kajeng Kliwon Pamelas Tali bermakna untuk menghilangkan/memisahkan ikatan kebodohan. Sebab kebodohan akan mengakibatkan penderitaan. Sehingga Kajeng Kliwon ini tidak bisa lepas dengan hari suci candung watang, hari mepaid-paidan, hari suci urip, hari panegtegan, hari pangeredanan, sebutnya.
Serta berkaitan erat sekali dengan hari suci Saraswati, untuk memuja keagungan Dewi Saraswati dan memperingati hari turunnya Weda atau ilmu pengetahuan.
Maka Kajeng Kliwon Pamelas Tali, juga berkaitan dalam satu minggu ke depan sampai pada hari suci Saraswati untuk melepaskan kebodohan.