Berita Bali

Kasus Covid-19 Meningkat & Ada PPKM Jawa-Bali, Travel Bubble yang Telah Direncanakan Terancam Batal

Untuk menggeliatkan pariwisata Internasional di Bali khususnya Badung, pemerintah pusat berencana akan melaksanakan Travel bubble.

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Wema Satya Dinata
Istimewa
Ketua PHRI Badung I Gusti Rai Suryawijaya 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Untuk menggeliatkan pariwisata Internasional di Bali khususnya Badung, pemerintah pusat berencana akan melaksanakan Travel bubble.

Kendati demikian Travel Bubble yang rencana akan dilakukan terancam batal, pasalnya kasus covid-19 semakin mejingkat.

Selain itu juga dilaksanakan PPKM di wilayah Bali dan Jawa.

Ketua PHRI Badung, IGN Rai Suryawijaya saat dikonfirmasi tak menampik hal tersebut

Pihaknya mengatakan Travel Bubble menjadi salah satu skema yang ditempuh pemerintah dalam membuka kembali pariwisata Bali untuk internasional.

Sepanjang Kajian Kesehatan dan Ekonomi Layak, Pemprov Bali Setuju dengan Kebijakan Travel Bubble

Adapun 5 negara yang dijajaki adalah negara Australi, Cina, Korea, Jepang dan Timur Tengah.

"Semula rencana pembukaan pariwisata internasional dengan skema tersebut diwacanakan pada triwulan pertama awal tahun 2021. Namun nampaknya hal itu belum bisa dilaksanakan adanya, karena kasus meningkat," katanya Selasa 26 Januari 2021.

Menurut Surya Wijaya, rencana travel bubble merupakan tindaklanjut dari pertemuan tim Pokli (Kelompok Ahli) Gubernur Bali dengan Menparekraf Sandiaga Salahudin Uno beberapa waktu lalu.

Hal itu dilakukan untuk memulihkan pariwisata yang ada di Bali.

"Pada dasarnya,  Menparekraf Sandiaga Uno sangat komit memberikan support untuk Bali.

Karena itulah tim sedang memfinalisasi usulan program untuk membangkitkan pariwisata Bali," katanya.

Pihaknya mengatakan travel bubble memang menjadi salah satu jalan yang rencananya ditempuh dalam menggeliatkan kembali sektor pariwisata Bali.

Namun karena kasus Covid-19 kembali meningkat di Bali yang mencapai 3 digit, tentu menjadikan opsi itu kembali dikaji.

"Selain kasus covid-19 kita tinggi, negara lain seperti  Australia juga berpotensi tidak membuka penuh perbatasan internasional hingga 2022. 

Begitu pula dengan Cina yang belum membuka border-nya dan sepertinya akan memberlakukan kebijakan itu sampai September 2021," paparnya.

Untuk Realisasikan Travel Bubble, Stakeholder Pariwisata Bali Lakukan Promosi Mandiri ke Ukraina

Pihaknya mengatakan, meski memaksa harus membuka pariwisata Internasional, namun  pihaknya mengatakan tidak akan ada wisatawan yang datang.

Sebenarnya kata Suryawijaya  yang paling besar wiasatawannya itu Australia dan Cina.

"Kita sadari situasi pariwisata Bali saat ini memang sangat terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19.

Sebab sudah hampir 10 bulan kondisi pariwisata Bali seperti ini," jelasnya.

Kondisi keterpurukan pariwisata pun membuat  dana cadangan habis, income sangat kecil.

Namun disisi lain biaya perawatan akomodasi yang tinggi dan beban operasional yang cukup tinggi.

"Sebenarnya pemerintah diakuinya sudah berupaya maksimal untuk berupaya membangkitkan kondisi tersebut dan sangat gencar untuk mengendalikan agar angka kasus tersebut bisa menurun," akunya.

Kendati demikian, pihaknya pun berharap pencegahan penyebaran virus untuk pemulihan pariwisata perlu dukungan dari semua pihak, terutama masyarakat.

"Kalau hanya pemerintah saja yang berupaya, tentu tidak akan bisa cepat berlalu dampak pandemi tersebut.

Untuk itu kita mengajak semua elemen masyarakat saling bantu membantu dalam upaya memutus mata rantai Covid-19 ini," tungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved