Serba Serbi
Ini Makna dan Filosofi Hari Raya Saraswati, Dipercaya Sebagai Hari Turunnya Ilmu Pengetahuan
Bagi umat Hindu di Bali, hari raya Saraswati memiliki makna tersendiri. Kisah mitologinya pun tersendiri, dari hari raya umat Hindu lainnya
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Laporan Wartawan Tribun Bali, A A Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bagi umat Hindu di Bali, hari raya Saraswati memiliki makna tersendiri.
Kisah mitologinya pun tersendiri, dari hari raya umat Hindu lainnya selama ini.
Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti, menjelaskan sepenggal kisah tersebut.
Kisah Kerajaan Jalasanggara, yang diperintah oleh Dewi Sinta dan madunya Dewi Landep.
• Dentuman dan Kisah Watugunung Runtuh Hingga Saraswati
Sebab telah lama ditinggal oleh sang raja, yakni Dang Hyang Kulagiri untuk bertapa ke tengah hutan.
Setelah sang raja bertapa, putra Dewi Sinta yang masih kecil bernama Raden Wudug/Redite juga ke hutan.
Ada suatu kejadian, membuat ibunya marah dan memukul sang anak dengan alat pengaduk nasi.
Hingga mengeluarkan darah di kepalanya. Dewi Sinta dan Dewi Landep sangat sedih, karena ditinggal sang anak yang pergi entah kemana.
Setelah beberapa lama, Raden Wudug mengembara, sampai ia dewasa pun tidak menemukan sang ayah.
Bertapalah ia di tengah hutan, hingga mendapatkan anugerah dari Sang Hyang Siwa-Budha.
Oleh sebab keteguhan tapanya yang seperti gunung, diberilah nama dan gelar Sang Watugunung.
Serta diberikan kesaktian mengalahkan hingga 27 raja.
Dewa Siwa berkata, bahwa ia hanya bisa dikalahkan oleh seseorang yang bertriwikrama berwujud kura-kura.