Berita Badung

TPST Mengwitani Bali Manfaatkan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos, Warga Bisa Dapat Secara Gratis

Produksi pupuk kompos yang dilakukan dalam rangka kelola sampah dengan baik, yakni salah satu alternatif adalah me recycle sampah organik menjadi komp

Penulis: I Komang Agus Aryanta | Editor: Noviana Windri
istimewa
Petugas DLHK Badung di TPST Mengwitani saat mengolah sampah menjadi kompos, Rabu 27 Januari 2021 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA –  Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) kabupaten Badung kini mulai memaksimalkan pengolahan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Mengwitani yang lokasinya sebelah terminal Mengwi.

Pasalnya selain melakukan pemusnahan sampah residu melalui pembakaran incenerator, TPST Mengwitani, ternyata telah memproduksi pupuk kompos.

Produksi pupuk kompos yang dilakukan dalam rangka kelola sampah dengan baik, yakni salah satu alternatif adalah me recycle sampah organik menjadi kompos.

Bahkan jika masyarakat Badung membutuhkan, akan diberikan secara gratis.

Kabid Pengelolaan Kebersihan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Badung, A.A Gede Agung Dalem menjelaskan, kompos yang diproduksi di TPST Mengwitani berasal dari sampah organik pilihan. Ia pun mengatakan sebelum di komposting sampah yang baru datang akan dipilih oleh petugas.

“Pertama setelah sampah datang petugas kita melakukan pemilahan. Mana sampah organik dan sampah anorganik kita pisahkan. Setelah itu untuk sampah yang tidak bisa didaur ulang atau residu akan langsung diproses melalui mesin incinerator,”ungkap Gung Dalem, Rabu 27 Januari 2021.

Lanjut birokrat asal Klungkung itu mengatakan untuk sampah organik seperti daun-daunan, sayur-mayur dan sampah pasar lainnya, diolah menjadi kompos yang terlebih dahulu dilakukan pencacahan sampah sehingga menjadi ukuran yang lebih kecil.

“Untuk daun tidak semua yang kami olah, seperti daun kelapa itu tidak karena  proses penghancurannya lama,” jelasnya.

“Dalam sehari kita di TPST Mengwitani ini mengolah 10 Truk sampah. 10 truk itu ada sekitar 16 sampai 20 ton sampah,” imbuhnya

Lanjut dirinya mengatakan, untuk  komposting sendiri  masih berada di kawasan TPST Mengwitani dengan tempat yang sangat representatif.

Dikatakan dari 10 truk sampah yang diolah produksi kompos per hari, mencapai 1,5 ton atau kurang lebih 55 sampai 60 zak per harinya.  

“Kita tidak menjualnya, tapi disalurkan ke kantor-kantor , kelompok tani, termasuk untuk kebutuhan di bidang Taman DLHK. Baru kemarin kita kirim 20 zak ke Kantor Camat Kuta,”terangnya sembari mengatakan intinya digunakan untuk dukung Bidang Pertamanan.

Bagi yang berminat kata dia, bisa mengajukan permohonan, dan akan diberikan secara secara cuma-cuma alias gratis.

Pemanfaatan pupuk kompos ini sangat bagus karena tidak harus membuang sampah ke TPA.

 “Ini kan pupuk organik jadinya. Nanti yang jelas pemohon harus menggunakan kompos ini, bukan diperjualbelikan kembali. Bahkan sistemnya mereka harus mengusulkan dulu ke kami atau ke DLHK Badung,” jelasnya

Dirinya pun mengakui, untuk mengelola sampak secara maksimal di TPST Mengwitani, dirinya mempekerjakan pekerja sebanyak 100 orang.

“jadi dari pemilahan, mengatur mesin, serta sampai pembuatan kompos itu jumlahnya 100 orang,” tungkasnya (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved