Kisah di Balik Pura Melanting Jambe Pole Padang Galak, Warga Luar Bali Hingga Pejabat Kerap Datang

Pertemuan dengan Jero Arimbawa, seorang penekun spiritual dan tantra menjadi jawabannya.

Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali / AA Seri Kusniarti
Jero Arimbawa di Pura Melanting Jambe Pole, Padang Galak, Kesiman, Denpasar., Bali 

“Turus lumbung itu dibuat, karena ia (ayah Mangku Lilir) melihat pohon pole kembar. Sehingga harus dibuat turus lumbung atau palinggih di sana,” jelasnya kepada Tribun Bali, Senin 1 Februari 2021.

Setelah itu, Jero Mangku Lilir juga akhirnya sering membawa sapi untuk makan rumput di area sana. Uniknya, ketika ia sedang mandi di sungai Ayung.

Entah bagaimana, tiba-tiba saja pohon pole kembar ini hilang. Kagetlah ia karena siang hari bolong, pohon pole kembar ini hilang.

Namun anehnya lagi, ketika selesai mandi di sungai Ayung. Pohon pole kembar itu, sudah ada lagi di tempatnya.

“Makanya didirikanlah turus lumbung ini. Sebelum Bali festival ada, nah setelah Bali festival dibangun baru dibuat satu palinggih di ajeng gedong itu,” jelasnya.

Diberikan nama pura melanting, karena ada kaitan dengan pasar. Dahulu panglingsir dari Mangku Lilir pernah melihat banyak orang di sekitar sana.

Layaknya pasar yang ramai, namun itu semua adalah mahluk astral atau di Bali disebut dengan wong samar dan gamang.

Pura melanting memang erat kaitannya dengan dunia perdagangan, pasar, dan lain sebagainya.

Selanjutnya, dibangunlah Taman Festival Bali yang megah nan mewah beberapa tahun silam.

Karena Taman Festival Bali ini, menyediakan banyak restoran dan bisnisnya adalah menjual hiburan maka dibangunlah Pura Melanting Jambe Pole dengan apik.

Sehingga bisnis mereka diharapkan juga lancar kala itu.

Namun nasib berkata lain, Taman Festival Bali bangkrut dan mangkrak sampai saat ini. Kemudian alih pura diambil oleh Jero Mangku Malia dari Sindu.

Lalu untuk ngodalin di pura diambil dari dana punia pamedek, kebetulan kala itu ada donatur dari Kuta.

Odalan pura ini, setiap Purnama Jyesta setahun sekali berbarengan dengan Pura Segara.

Saat ini, agar kehidupan di pura dan upakara upacara tetap berjalan. Maka terbentuklah sebuah organisasi, dimana dana untuk odalan disumbang dari pengayah dan pamedek secara sukarela.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved