Kisah di Balik Pura Melanting Jambe Pole Padang Galak, Warga Luar Bali Hingga Pejabat Kerap Datang
Pertemuan dengan Jero Arimbawa, seorang penekun spiritual dan tantra menjadi jawabannya.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Eviera Paramita Sandi
“Ketuanya Wayan Suwirta dari Kesiman, dan ia mengkoordinasi agar ada kepastian ngodalin baik itu, Purnama, Tilem, Kajeng Kliwon, dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Sampai saat ini belum ada pemangku di sana, sehingga pamedek yang ingin sembahyang masih bisa melakukannya sendiri-sendiri.
“Mudah-mudahan ketika Purnama Jyesta, ada dana punia dari pamedek yang nangkil. Sehingga ada jalan untuk melakukan pawintenan pemangku,” sebutnya.
Apabila pamedek datang sendiri, bisa membawa peras pejati, canang sari, dan memakai kamen serta selendang. Serta tidak dalam keadaan cuntaka.
“Harapannya ke depan, Pura Melanting Jambe Pole ini bisa lebih dikenal masyarakat luas. Karena pura melanting ini bukan hanya untuk swagina, tetapi juga untuk pengobatan, panglukatan dan lain sebagainya,” sebutnya.
Orang yang meminta tamba juga banyak datang. Kemudian balian dan pengusada juga banyak meminta berkah dan kesembuhan ke sana.
“Tidak hanya dari Bali tetapi dari Jawa juga banyak. Di palinggih Ida Bhatari Melanting, Ida Ratu Gede Dalem Nusa, dan Ida Ratu Mas Manik Maketel,” sebutnya. (ask)