Pengusaha Hotel Banyak Yang Jual Aset Imbas Pandemi Covid-19, Ini Kata Astindo
Menurutnya hal tersebut wajar karena krisis ekonomi akibat pandemi corona betul-betul menghantam ekosistem pariwisata di Indonesia.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Kabar pengusaha hotel banyak yang menjual hotelnya telah diketahui oleh Wakil Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Anton Sumarli.
Hal ini menurutnya imbas pandemi Covid-19.
Menurutnya hal tersebut wajar karena krisis ekonomi akibat pandemi corona betul-betul menghantam ekosistem pariwisata di Indonesia.
"Saya kan juga pelaku industri perhotelan sehingga untuk menjual aset itu karena sudah tidak bisa lagi biayai operasional sampai administrasi gaji karyawan," kata Anton dihubungi Tribunnews, Kamis 4 Februari 2021.
• Hotel Dijual Bermunculan di Marketplace Saat Pandemi Covid-19, Ada yang Dijual Rp 2,7 Triliun
Ia menyebut di Jakarta saja banyak hotel yang terpaksa gulung tikar terutama untuk hotel kelas ekonomis meski industri perhotelan juga sudah berupaya menawarkan promo harga kamar untuk menarik minat pelanggan.
"Kalau di travel agent kita pakai book now pay later. Ini juga bagian dari strategi, harga diskon sampai 50 persen dari harga normal," tukas Anton.
Anton menjelaskan di akhir Desember 2020 sebetulnya pengunjung hotel sudah mulai tumbuh 60 persen, namun kembali turun di awal Januari 2021 karena adanya aturan baru pembatasan kegiatan.
Pihaknya prihatin dengan kondisi ini, dia juga berharap tidak semakin banyak hotel yang akan tutup.
"Tapi saya juga perlu pelajari lagi hotel yang tutup atau dijual ini. Karena pemerintah juga sudah memberikan stimulus ke sektor parekraf seharusnya ini bisa menekan kebangkrutan pengusaha hotel," pungkasnya.
Sebelumnya, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan ratusan hotel dan restoran anggota PHRI tutup dampak perpanjangan Pengetatan Secara Terbatas Kegiatan Masyarakat (PSTKM).
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan, dampak dari PSTKM/PPKM ini sangat besar terhadap bidang pariwisata termasuk hotel dan restoran di DIY.
"Memang ada beberapa hotel bintang, bintang satu sampai empat ada. tapi tak banyak. Kebanyakan adalah non bintang. Bukan ratusan tapi puluhan yang seperti itu. Yang ratusan itu yang terengah-engah," tuturnya.
Belum lagi karyawan yang terpaksa dirumahkan dan di-PHK. Dari 171 hotel yang masih buka sendiri sudah banyak yang dirumahkan.
Deddy mengutarakan bahwa hotel dan restoran yang sudah tutup juga menjual aset mereka, demi menanggung tagihan, pesangon dan lain-lain.
"Hotel dan restoran yang tutup jual aset, ya karena dia mau apalagi, yang untuk biaya karyawannya mengaji, menanggung tagihannya darimana kalau sudah tak bisa apa-apa."