Berita Buleleng
Jelang Imlek, Patung Dewa di TITD Ling Gwan Kiong Buleleng Dibersihkan
Jelang Hari Raya Imlek, sejumlah pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong melakukan ritual bersih-bersih patung dewa, Jumat 5 Februar
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA – Jelang Hari Raya Imlek, sejumlah pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Ling Gwan Kiong melakukan ritual bersih-bersih patung dewa, Jumat 5 Februari 2021 pagi.
Dari pantauan di lokasi, salah satu yang dibersihkan adalah patung berstananya dewa Chen Fu Zhen Ren serta dua patihnya.
Patung mulanya dibersihkan dengan kuas kecil untuk menghilangkan debu, selanjutnya dimandikan dengan air kembang dan air kelapa.
Selain patung, para pengurus juga membersihkan altar tempat patung dewa, serta peralatan lain yang ada di dalam klenteng.
Wakil Ketua Pengurus TITD Ling Gwan Kiong, Gunadi mengatakan, ritual bersih-bersih patung dewa ini dilakukan satu minggu sebelum Hari Raya Imlek, atau setelah persembahyangan dewa naik, yang sudah dilaksanakan pada Jumat pukul 00.00 Wita.
“Berdasarkan cerita agama, dewa terutama dewa dapur yang bertugas di bumi, naik ke surgawi untuk melaporkan hasil kerja mereka di dunia."
• Tahun Baru China atau Imlek Jumat 12 Februari 2021, Ini Contoh 25 Ucapan Imlek Dalam 3 Bahasa
• Jelang Imlek, Ini 5 Shio yang Bisninya Jaya dan Untung Besar di Tahun 2021, Siapa Saja Mereka?
"Dewa dapur melaporkan kelakuan baik dan buruknya manusia. Jadi saat dewa naik itu lah, bersih-bersih patung ini dilakukan,” terangnya.
Perayaan Imlek tahun ini kata Gunadi tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya.
Para pengurus memutuskan untuk tidak melaksanakan pertunjukan barongsai, karena masih dalam situasi pandemi covid.
Bahkan umat Tionghoa diimbau untuk melakukan persembahyangan di rumahnya masing-masing.
“Persembahyangan di klenteng cukup dilakukan oleh pengurus. Ini dilakukan agar tidak terjadi klaster di tempat ibadah,” ucapnya.
Menteri Agama Minta Imlek Dirayakan Virtual
Warga Tionghoa sebentar lagi akan merayakan Imlek sebagai pergantian tahun dari tikus logam menjadi kerbau logam.
Terkait hal tersebut Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin menyarankan agar tradisi pemberian angpao dilakukan secara daring yakni transfer atau dibantu pengirimannya melalui transportasi daring.
"Kita bisa juga mengirimkannya amplop merahnya itu dengan digital, sekarang sudah sangat mudah. Jadi cara baru Imlek bagus juga kalau kita melakukannya dengan transfer, malah bisa lebih banyak itu bapak ibu. Kalau masih merasa ingin amplop merahnya dikirim kan juga, ke anak cucu saudara teman-teman bisa juga kirim lewat Gojek," kata Budi seusai rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis 4 Februari 2021.
Menurut Budi cara-cara baru dilakukan untuk meminimalisasi penularan Covid-19.
Selain itu apabila memanfaatkan jasa transportasi daring maka juga akan membantu para pengemudi atau mitra dari perusahaan angkutan daring.
"Sekaligus cara baru ini bisa mensejahterakan teman-teman kita. Kirimnya amplopnya di dalamnya ada kertas, nanti sebentar lagi akan ditransfer sebesar ini, itu menarik juga," katanya.
Budi mengatakan Imlek adalah momen penting bagi Indonesia khususnya umat Konghucu dan Tionghoa.
Imlek bermakna harapan baru dan keberuntungan baru. Ia berharap perayaan Imlek dapat dilakukan di rumah saja.
"Cara di mana kita melakukannya bersama dengan keluarga kita, kita melakukannya bersama di rumah kita, dan kita melakukannya bersama dengan cara-cara masa kini, dengan cara-cara digital," tuturnya.
Tidak hanya angpao menurutnya, pertunjukkan barongsai yang biasanya mewarnai perayaan imlek juga bisa dilihat melalui siaran youtube.
Bahkan menurutnya perlombaan barongsai juga bisa digelar secara digital.
Budi yakin, meskipun dilakukan dengan cara-cara baru, perayaan imlek tidak akan kehilangan maknanya.
"Imlek sebagai tahun baru harapan baru dan keberuntungan baru itu, saya rasa tetap kita bisa lakukan dengan mempertahankan budaya Indonesia khususnya masyarakat Konghucu dan Tionghoa, namun juga tetap kita lakukan sesuai dengan protokol kesehatan yang ada," pungkasnya.
Sementara itu Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas juga meminta warga etnis Tionghoa menggelar perayaan tahun baru China atau Imlek dengan cara cara sederhana menimbang masih merajalelanya pagebluk.
"Indonesia dan dunia mengalami pandemi Covid-19, saya kira umat Konghucu dan Tionghoa juga harus mawas diri bahwa perayaan imlek bisa dirayakan dengan cara yang sederhana," kata Yaqut.
Gus Yaqut sapaan karibnya, mengatakan bahwa perayaan Imlek merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan.
Ungkapan rasa syukur tersebut salah satunya dilakukan dengan membagikan angpao, pertunjukan barongsai, dan silaturahmi.
Oleh karena itu Gus Yaqut menyarankan agar ungkapan rasa syukur tersebut bisa dilakukan dengan cara yang aman dari penularan Covid-19.
Misalnya, silaturahmi yang dilakukan secara virtual.
"Nah saya kira silaturahmi bisa digantikan dengan cara-cara yang saling menjaga satu sama lain dari pandemi Covid-19 misalnya dengan cara virtual," katanya.
Imbauan pemerintah agar Imlek dilakukan secara sederhana dan aman dari penularan Covid-19 tersebut kata Gus Yaqut telah dikomunikasikan dengan tokoh-tokoh agama Konghucu dan Tionghoa.
Yaqut berharap warga Konghucu dan Tionghoa menjadikan perayaan Imlek sebagai momentum untuk berdoa agar bangsa Indonesia bisa melewati Pandemi Covid-19.
"Kita semua mengajak pada umat Konghucu yang akan merayakan ibadah Imlek agar berdoa supaya bangsa Indonesia dan umat manusia terbebas dari pandemi Covid-19," ujarnya. (*)
