Berita Bali

Dihantam Pandemi, 60 Hotel di Bali Akan Dijual, PHRI: Orang Punya Uang pun Masih Berpikir

Dihantam Pandemi, 60 Hotel di Bali Akan Dijual, PHRI: Orang Punya Uang pun Masih Berpikir

Penulis: Zaenal Nur Arifin | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi - Sejumlah wisatawan menikmati Pantai Double Six, Seminyak, Badung, Kamis (30/7/2020). 

Menurut dia, puluhan hotel yang dijual  itu mulai dari hotel bintang tiga, bintang empat, bintang lima serta vila.

"Bintang tiga banyak yang ingin menjualnya. Pilihannya mereka tutup atau jual. Paling banyak di Badung khususnya wilayah Kuta, Jimbaran dan juga ada di Nusa Dua tapi di daerah lain juga ada," jelas Rai Suryawijaya.

Ia mengatakan, investor asing yang melirik hotel di Bali berasal dari Eropa dan Amerika karena Pulau Dewata masih dianggap aman dan nyaman untuk berinvestasi jangka panjang.

Tapi sejauh ini belum ada investor yang sepakat membeli hotel di Pulau Dewata.

"Mereka berpikir mungkin setelah tahun 2022 bisa. Masih dalam negosiasi, masih dalam proses. Kalau kemauan berinvestasi di Bali banyak yang tertarik," urainya.

Investor asing berminat terhadap properti hotel atau resort di pinggir pantai dan memiliki akses langsung ke pantai.

Investor lokal juga berminat membeli tapi lebih pada budget hotel sesuai kemampuan mereka.

Tiga Hotel Dinyatakan Pailit
Wakil Ketua DPP Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA)  I Made Ramia Adnyana menyatakan sampai saat ini pihaknya belum menerima data pasti tentang hotel di Bali yang akan dijual.

"Setahu saya ada dua sampai tiga hotel yang dinyatakan pailit. Tetapi saya belum menerima informasi pasti kalau ada puluhan hotel dijual. Saya tidak mau memberikan komentar lebih lanjut terkait itu," ujar Ramia Adnyana saat ditemui  di H Sovereign Bali, Jumat 5 Februari 2021.

Menurutnya, di Kabupaten Badung ada tiga hotel yang dinyatakan pailit dan tidak berhak menerima dana hibah pariwisata dari pemerintah pusat.

"Itu sudah diklarifikasi oleh Pemkab Badung,  tapi saya tidak tahu kalau ada beberapa hotel lainnya yang sudah dinyatakan pailit. Tiga hotel pailit itu setahu saya, tapi saya tidak tahu pasti mungkin karena faktor-faktor tertentu sehingga dinyatakan pailit tapi bukan karena pandemi Covid-19," ungkapnya.

Saat ini diakuinya okupansi hotel di Bali yang menjadi anggota IHGMA hanya satu digit dan menjelang Tahun Baru Imlek belum terlihat adanya peningkatan okupansi.

"Rata-rata teman  di hotel ini masih single digit okupansinya,” ujarnya.

Menurut dia, pengajuan soft loan adalah solusi terbaik untuk memberikan suntikan dana kepada pengusaha pariwisata agar usaha mereka bisa tetap bertahan hidup.

 "Saya kira soft loan adalah solusi dan ini harus dipercepat (realisasi) oleh pemerintah pusat. Karena kontribusi Bali terhadap pariwisata Indonesia dan nasional itu sangat besar devisanya," harap Ramia Adnyana.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved