Kisah Ngurah Widiana Jadi Sopir Ambulans Antar Pasien Covid-19, Tidak Enak Badan Langsung Swab Test
Kisah Ngurah Widiana Jadi Sopir Ambulans Antar Pasien Covid-19, Tidak Enak Badan Langsung Swab Test
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Widyartha Suryawan
Seusai bertugas mengantar pasien Covid-19 ke tempat isolasi, Ngurah Widiana membersihkan diri dan beristirahat sejenak di tempat yang sudah disediakan.
Setelah merasa bugar ia bisa pulang menemui keluarga tercinta dengan rasa aman dan nyaman.
“Kami tim covid masing-masing mendapat jatah kamar di hotel. Jadi setelah selesai bertugas di rumah sakit, kami ke hotel dulu untuk membersihkan diri dan beristirahat. Kalau sudah merasa enakan baru pulang,” tuturnya.
Ngurah Widiana menjelaskan prosedur pengantaran pasien Covid-19.
Mulanya perawat menerima telepon dari dokter yang bertugas bahwa ada pasien Covid-19 yang perlu dipindahakan.
Setelah itu perawat mengabari sopir ambulans.
Sopir yang ditugaskan mengantar pasien Covid-19 wajib menggunakan APD level 3. Yakni goggles, masker N95, handshcoen, cover all jumpsuits dan boots.
“Biasanya diantar dari isolasi instalasi gawat darurat (IGD) ke isolasi Nusa Indah, isolasi Mawar, isolasi Kamboja,” katanya.
“Sampai saat ini tidak pernah menerima penjemputan pasien Covid-19 ke rumah-rumah. Biasanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang bertugas untuk itu,” tambahnya.
Widiana mengaku tidak ada persiapan khusus untuk pemindahan pasien Covid-19 selain menggunakan APD.
Namun setelah mengantar, dia mesti membersihkan mobil bagian luar dan dalam.
“Setiap selesai mengantar satu pasien Covid-19, mobil langsung dibersihkan baik di dalam maupun di luarnya. Nanti di dalamnya dicuci dengan bahan khusus, di luarnya juga. Kadang saya dibantu perawat, kadang sendirian,” paparnya.
Dalam sehari dia bisa mengantar dua sampai lima pasien.
“Ngantarnya nggak tentu. Kadang banyak, kadang sedikit,” katanya.
Mengenai kendala selama ini menjadi sopir ambulans, dia mengaku tidak ada kendala yang berarti.