Human Interest Story
Kisah Made Rai, 10 Tahun Jadi Petugas Laundry RSUP Sanglah Denpasar, Waswas Pakaian Pasien Covid-19
Made Rai yang bekerja di Instalasi Binatu RSUP Sanglah sempat merasa takut saat harus mencuci pakaian pasien Covid-19
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Komang Agus Ruspawan
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Sosok Ni Made Rai (56) memang bukan seorang tenaga kesehatan (nakes) seperti dokter atau perawat di RSUP Sanglah, Denpasar.
Namun jangan salah. Made Rai juga punya peran penting terhadap pelayanan di rumah sakit pemerintah terbesar di Bali ini.
Ya, Made Rai adalah penanggung jawab Instalasi Binatu RSUP Sanglah.
Dialah yang bertanggung jawab terhadap pakaian yang digunakan oleh pasien ketika sedang rawat inap.
Selaku rumah sakit rujukan Bali dan Nusa Tenggara, RSUP Sanglah Denpasar memiliki ruang binatu atau laundry khusus untuk pakaian pasien-pasien yang jalani rawat inap.
Para petugas di Instalasi Binatu ini harus memastikan fasilitas pelayanan pakaian pasien rawat inap harus bersih dan nyaman.
Made Rai sudah bekerja selama 10 tahun sebagai petugas laundry di RSUP Sanglah ini.
Berbagai pengalaman suka dan duka sudah pernah dirasakan selama 10 tahun jadi petugas laundry.
Termasuk pengalamannya di masa pandemi ini, ketika ia harus mencuci pakaian pasien yang terinfeksi Covid-19.
Kepada Tribun-Bali.com, Made Rai mengakui bekerja di bagian binatu untuk pakaian pasien ini membuat dirinya dan juga teman-temannya khawatir dan takut terpapar virus.
“Ya waswas juga dikarenakan dihadapkan dengan pandemi Covid 19. Kan kita harus mencuci pakaian pasien Covid-19 yang dirawat di sini,” kata Made Rai saat ditemui di ruang kerjanya pada Senin 15 Februari 2021.
Namun rasa takutnya itu berusaha ia patahkan, demi tanggungjawabnya. “Sebagai solusinya, ketika bekerja saya dan teman-temannya selalu menggunakan APD yang lengkap untuk meminimalisir penyebaran Covid-19,” tuturnya.
Baca Juga: Hampir Rampung, Kegiatan Vaksinasi Covid-19 Untuk Nakes di Bali Capai 92,3 Persen Pada Dosis Pertama
Baca Juga: Dorong Ikut Donor Plasma Konvalesen, Dandim Klungkung Minta Babinsa Monitoring Penyitas Covid-19
Made Rai bekerja di Instalasi Binatu dibantu 22 karyawan binatu lainnya. Sebanyak 22 karyawan ini bekerja dengan dua shift yaitu pagi dengan sore.
Sebelum bekerja di Instalasi Binatu hampir 10 tahun, Made Rai juga sempat bekerja di Bidang Perawatan hampir 18 tahun, di ruangan Angsoka satu tahun dan di ruangan Anggrek selama tiga tahun.
Disortir Sebelum Dicuci
Made Rai kemudian menjelaskan bagaimana proses pakaian untuk pasien dibersihkan.
"Pertama kami menerima linen kotor setelah itu ditimbang dan dilakukan pemilihan atau sortir pada pakaian yang infeksi dan non infeksi,” katanya.
“Jika pakaian tersebut digunakan oleh pasien yang menderita penyakit infeksi maka kantong plastiknya akan berwarna kuning," tambahnya.
Setelah itu pakaian akan memasuki proses pembilasan di mesin cuci.
Pakaian yang telah digunakan oleh pasien dengan penyakit infeksi khususnya Covid-19, sudah dilakukan pemisahan dan mesin cucinya juga sudah disediakan khusus.
Setelah semua pakaian selesai dicuci, selanjutnya dibawa ke mesin pengering.
"Setelah semua pakaian pasien sudah kering akan dilakukan proses penggosokan atau disetrika di sebuah mesin,” ujar perempuan asal Gianyar ini.
Selanjutnya, kata dia, pakaian itu dikemas dalam plastik lalu didistribusikan ke setiap ruangan yang ada pasien.
Deterjen yang digunakan untuk membersihkan baju pasien pun khusus.
"Terdapat enam macam detergen yang meliputi penghilang noda serta penghilang lemak,” katanya.
“Sedangkan yang membedakan Binatu untuk baju pasien di RSUP Sanglah dengan binatu lainnya adalah pada penanganan khusus pakaian yang telah digunakan oleh pasien terutama yang memiliki penyakit infeksi," terang ibu dari dua anak ini.
Baca Juga: Bali Siap Sukseskan Target Nasional Vaksinasi Covid-19 Tahap Kedua, Ini Metode Anyarnya
Baca Juga: Bali Sasar 340 Ribu Lansia dan 7 Ribu Pelaku Wisata untuk Divaksin Covid-19 Tahap II
Instalasi Binatu di RSUP Sanglah sendiri memiliki mesin cuci sebanyak 5 buah, dengan kapasitas tiga mesin cuci sebanyak 100 kg dan dua mesin cuci sebanyak 50 kg. Dalam seharinya binatu RSUP Sanglah dapat membersihkan pakaian pasien sebanyak 1.300 kilogram. “Sehari kita menghabiskan enam derigen detergen untuk mencuci pakaian pasien,” kata Made Rai.
Selama ini, Made Rai mengaku jarang menemukan jarum yang tertempel di pakaian yang dikenakan oleh pasien.
Kalaupun menemukan jarum pada pakaian pasien, belum sampai melukai pekerja binatu.
Jika ditemukan beberapa baju pasien yang mengalami kerusakan seperti robek atau bolong, Made Rai langsung menjahitnya di mesin jahit yang sudah tersedia di ruang instalasi Binatu. (*)