Leak di Bali Ternyata Juga Punya Aturan dan Etika, Berikut Penjelasannya
Kata Leak jika di Bali, nampaknya bukan kata asing ditelinga masyarakat. Sebab sejak dahulu kala, leak dipercaya adalah mahluk jadi-jadian
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: M. Firdian Sani
Lalu bhakti kepada Dewa Widhi, dengan melakukan persembahyangan rutin di kawitan, Bhatara Hyang Guru, Tri Kahyangan, Pura Mrajapati dan Pamuhun Agung.
“Jangan salah, karena leak dilarang sombong, angkuh, dan selalu bersikap sama kepada siapapun,” ucapnya. Bhakti kepada sang catur sanak, bahkan senantiasa berpuasa.
Baca juga: UPDATE: Keluarga Penari Rangda Tak Tempuh Jalur Hukum, Sudah Ikhlaskan Kepergian IGNEP
“Dalam pembelajaran, leak tidak satupun ada yang boleh dilanggar. Apalagi secara Sengaja, sehingga ekstrimnnya pengendalian diri yang harus dilakukan agar tujuan dalam pembelajaran bisa tercapai,” katanya.
Namun sayangnya, paradigma selama ini leak dijadikan kambing hitam dalam perbuatan yang selalu dikonotasikan jahat.
“Semestinya kita bercermin pada lontar Pangliakan, atau Aji Ugig yang menerangkan bahwa leak itu adalah Lenga Ikang Aksara,” katanya.
Dimana artinnya keluar atau lupa dengan aksara suci, dan keluar dari pemikiran dharma sesungguhnya. Namun demikian juga mempunyai kewajiban yaitu Dharma Weci.
Baca juga: UPDATE: Walau Tak Ada Laporan, Polisi Tetap Dalami Kasus Meninggalnya Seorang Penari Rangda
“Semua sudah diatur sedemikian rupa, sehingga terjadi keseimbangan dunia agar bisa merangkul Aji Rwa Bhibeda tersebut,” jelasnya.
Tetapi sesungguhnya tujuan leak, sejatinnya adalah untuk bisa mencapai kelepasan pada saat mati nanti agar bisa tersenyum menyambut kematian tersebut.
Adapun dalam setiap proses belajar, kata dia, memang tersurat di dalam lontar tersebut mengenai laku Nyeraya.
Yaitu sembahyang ke Pemuhun Agung dan Prajapati inilah yang kerap disalahartikan oleh masyarakat.
Bahwa diidentikan dengan hal-hal yang jahat.
Baca juga: UPDATE Penari Rangda Meninggal, Pihak Keluarga Sudah Mengikhlaskan, Suardana: Kami Mohon Doanya
“Padahal tidak seperti itu, tujuannya adalah mendoakan roh-roh yang dikubur agar mendapatkan tempat yang baik dan mengembalikan semua unsur Panca Maha Bhuta keasalnya,” sebutnya.
Ini menjadi sebuah kewajiban bagi yang melakukan proses belajar maupun yang sudah menjalani.
Laku ini yang sering disinyalir oleh orang lain, digunakan untuk berbuat jahat sehingga turun-temurun menjadi negatif pada paradigma leak itu sendiri.
Lalu bagaimana ciri-ciri orang yang bisa dengan ilmu leak?.