Corona di Dunia

Jepang Temukan Lebih dari 90 Kasus Covid-19 Varian Baru, Varian Mutan Dikenal sebagai E484K

Varian mutan, yang dikenal sebagai E484K, telah ditemukan dalam 91 kasus di daerah Kanto di Jepang timur dan dalam 2 kasus di bandara

Editor: Kambali
ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/HP/djo.
Peserta mengikuti latihan inokulasi tiruan saat Jepang mempersiapkan kampanye vaksinasi virus corona (COVID-19) di sebuah tempat olahraga kampus di Kawasaki, bagian selatan Tokyo, Jepang, Rabu, 27 Januari 2021. 

TRIBUN-BALI.COM, TOKYO - Otoritas kesehatan Jepang telah menemukan lebih dari 90 kasus varian baru COVID-19, kata juru bicara pemerintah pada Jumat seperti dikutip Reuters dan dilansir ANTARA, Jumat, 19 Februari 2021.

Varian mutan, yang dikenal sebagai E484K, telah ditemukan dalam 91 kasus di daerah Kanto di Jepang timur dan dalam 2 kasus di bandara, kata Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobo Kato kepada wartawan.

Baca juga: WHO Peringatkan Masyarakat Tetap Waspada Meskipun Kasus Covid-19 di Dunia Mulai Menurun

Varian tersebut diyakini berasal dari luar negeri tetapi berbeda dari yang berasal dari Inggris dan Afrika Selatan, menurut laporan sebelumnya oleh surat kabar Mainichi yang mengutip Institut Penyakit Menular Nasional Jepang.

Jepang telah melaporkan 151 kasus varian dari Inggris, Afrika Selatan dan Brazil, menurut kementerian kesehatan.

Negara ini telah memiliki lebih dari 400.000 kasus COVID-19 dengan 7.194 kematian.

Baca juga: Ini Penuturan WNI di Jepang Soal Gempa di Jepang Bermagnitudo 7, Agustin Ini Paling Lama dan Besar

Pekerja rumah sakit disuntik

Jepang mulai menjalankan vaksinasi massal COVID-19 pada Rabu, 17 Februari 2021 dengan memberikan vaksin Pfizer Inc pada para pekerja rumah sakit Tokyo.

Vaksinasi itu dilakukan saat Perdana Menteri Yoshihide Suga mencoba untuk menentang rintangan dan menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas ini.

TV lokal menampilkan gambar pekerja-pekerja rumah sakit yang sedang disuntik vaksin COVID-19.

Pekerja rumah sakit termasuk di antara 40.000 petugas profesional medis yang ditargetkan untuk menerima dosis pertama vaksin.

Baca juga: Analisis Ahli Soal Gempa 7,1 Magnitudo yang Mengguncang Jepang dan Kondisi Terkini Reaktor Fukushima

Menyuntikkan vaksin pada 126 juta populasi Jepang dengan cepat adalah prioritas utama pemerintah Suga.

Sementara itu, Olimpiade Tokyo 2020 dijadwalkan akan dimulai pada akhir Juli.

Namun, peluncuran program vaksinasi secara lengkap --yang pertama dilakukan pada sekitar 3,7 juta personel medis dan 36 juta orang berusia 65 atau lebih-- diperkirakan akan memakan waktu satu tahun.

Ada juga kekhawatiran bahwa jutaan dosis vaksin Pfizer dapat terbuang percuma karena kekurangan jarum suntik yang dibutuhkan untuk memaksimalkan jumlah suntikan dari setiap botol kecil vaksin.

Baca juga: Gempa Dahsyat Guncang Jepang, Disebut Sebagai Gempa Susulan 10 Tahun Lalu, Mungkinkah?

Jepang telah menandatangani kontrak untuk pengadaan total  314 juta dosis vaksin dari Pfizer, AstraZeneca Plc, dan Moderna Inc --cukup untuk 157 juta orang.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved