Berita Denpasar

Prof. Bandem Sempat Mengirim WA Sebelum Maestro Legong, Anak Agung Ayu Bulan Trisna Berpulang

“Saya berkomunikasi kemarin sore dengan WA, tapi beliau tidak bisa menjawab,” kata Bandem yang dihubungi Rabu 24 Februari 2021.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Noviana Windri
Dokumentasi Panitia PKB 2019
(Ilustrasi) Penampilan Tari Palegongan Klasik dari Sanggar Seni Saba Sari, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Duta Kabupaten Gianyar di Kalangan Angsoka, Taman Budaya (Art Center) Denpasar, Kamis (27/6/2019) 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Maestro Tari Legong, Anak Agung Ayu Bulan Trisna yang tinggal di Jakarta, berpulang pada Rabu, 24 Februari 2021 pukul 00.30 di RS Siloam Semanggi Jakarta.

Ia meninggal pada usia 74 tahun karena sakit kanker pankreas.

Perempuan kelahiran Deventer Belanda pada 8 September 1947 ini juga merupakan cucu dari Raja Karangasem, dan putra Dr. dr. Anak Agung Made Jelantik.

Sehari sebelum meninggal, Budayawan Bali, Prof. Dr. I Made Bandem, MA yang merupakan teman dekat almarhum, sempat mengirim pesan via WhatsApp pada Selasa 23 Februari 2021 sore.

Namun, pesan tersebut tak bisa dijawab oleh Bulan Trisna.

Baca juga: Profil Dokter Anak Agung Ayu Bulantrisna Djelantik, Meninggal Dunia karena Kanker Pankreas

Baca juga: BREAKING NEWS: Dokter Sekaligus Maestro Legong, Anak Agung Ayu Bulan Trisna Djelantik Berpulang

“Saya berkomunikasi kemarin sore dengan WA, tapi beliau tidak bisa menjawab,” kata Bandem yang dihubungi Rabu 24 Februari 2021.

Ia mengirim WA dikarenakan ada firasat kurang baik dan berharap Bulan Trisna tetap sehat.

Karena menurut Bandem, almarhum sudah menderita kanker pankreas sejak lama dan sempat berobat ke Jepang, Singapura, dan terakhir di RS Siloam Jakarta.

Komunikasi terakhir Bandem dengan almarhum yang sangat intens yakni pada 6 September 2020 lalu.

Mereka berdua sedang merampungkan buku tari legong keraton yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

“Kami terus komunikasi, setiap minggu maupun bulan. Karen kami juga sedang menulis buku legong keraton bersama. Dan komunikasi agak panjang terjadi 6 September tahun 2020, saya menyelesaikan tugas dari beliau yakni menulis gambelan tentang tari legong keraton di Bali,” kata Bandem.

Ia menambahkan, buku tentang legong keraton ini sudah dicetak dua tahun lalu oleh Pemkot Denpasar.

Kemudian sekarang disempurnakan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

“Naskahnya sudah rampung, tinggal mencari percetakannya. Tadinya mau diusulkan pencetakannya ke Direktorat Jendral Kebudayaan di Jakarta, tapi karena masih Covid Pak Dirjen menunda pemberian pembiayannya,” katanya.

Bandem menambahkan, almarhum mulai drop dua minggu yang lalu. 

Baca juga: BERITA DUKA: Ida Bagus Tugur, Maestro Arsitektur Perancang Bajra Sandhi dan Ardha Candra Berpulang

Baca juga: Kabar Duka Sapardi Djoko Damono Meninggal, Ini Riwayat & Karya Besar Sastra Sang Maestro

“Kami sangat kehilangan teman dan sosok yang yang memiliki banyak perhatian terhadap seni dan budaya Bali. Beliau sangat rajin menulis artikel, dan ikut webinar tentang kesenian Bali maupun kesenian Indonesia,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved