Berita Denpasar
Dokter Sekaligus Maestro Legong AA Ayu Bulan Trisna Berpulang, Meninggal Karena Kanker Pankreas
Dr dr Anak Agung Ayu Bulan Trisna Jelantik merupakan maestro tari Legong dan memiliki andil dalam perkembangan tari Bali di Jakarta dan Bandung.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali kembali kehilangan sosok maestro yang memiliki peran besar dalam perkembangan seni tari Bali.
Beliau adalah Dr dr Anak Agung Ayu Bulan Trisna Jelantik yang merupakan maestro tari Legong dan memiliki andil dalam perkembangan tari Bali di Jakarta dan Bandung.
Ayu Bulan meninggal karena sakit kanker pankreas dalam usia 74 tahun, di RS Siloam Semanggi Jakarta, Rabu 24 Februari 2021 pukul 00.30 WIB.
Perempuan kelahiran Deventer Belanda pada 8 September 1947 ini juga merupakan cucu Raja Karangasem, dan anak dari Dr dr Anak Agung Made Jelantik.
Baca juga: Maestro Tari Bali Bulan Trisna Jelantik Berpulang, Prof Bandem: Kami Merasa Sangat Kehilangan
Baca juga: Prof. Bandem Sempat Mengirim WA Sebelum Maestro Legong, Anak Agung Ayu Bulan Trisna Berpulang
Baca juga: BERITA DUKA: Ida Bagus Tugur, Maestro Arsitektur Perancang Bajra Sandhi dan Ardha Candra Berpulang
Budayawan Bali, Prof Dr I Made Bandem MA mengaku sangat kehilangan sosok yang tekun dalam pelestarian tari Bali ini.
Ayu Bulan Trisna merupakan teman dekat dari Prof Bandem dan sudah sering menari sejak SMA.
“Beliau adalah teman dekat saya sejak masih kecil. Kami selalu menari bersama-sama. Kami pernah berproses di Sekaa Gong Peliatan, Ubud dan juga Sekaa Gong Sadmerta Belaluan,” kata Bandem, Rabu.
Dalam menari, mereka pun sering berduet dan silih berganti menari baris, legong maupun pendet.
“Beliau menari oleh perempuan, saya sebagai penari oleh yang laki-laki,” kenangnya.
Tak hanya itu, dalam berbagai event besar, baik nasional maupun internasional, mereka juga sering pentas bersama.
Tahun 1964, mereka bersama-sama mengikuti misi kesenian Bali ke Filiphina saat masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Tahun 1965, mereka juga menari bersama ke Korea, Cina, maupun Jepang.
Juga menari saat peristiwa nasional yakni pelaksanaan Asean Games tahun 1962 di Jakarta.
Mereka bersama ikut menari pendet 1.000 orang dalam rangka pembukaan Asean Games tahun 1962.
“Memang pada waktu itu, generasi kami aktif dalam bidang kesenian, terutama dalam pembukaan Asean Games di Jakarta, sudah menari juga,” katanya.
Di Jakarta, Bulan Trisna juga mendirikan bengkel tari Bali yang telah memiliki empat cabang.
Bengkel tersebut bernama Sanggar Seni Tari Bulan Trisna dan mengajar kursus tari Bali.
“Beliau berperan besar dalam menyebarkan tari Bali di luar Bali, terutama Bandung dan Jakarta dan beliau juga sempat tinggal di San Fransisco. Kami merasa sangat kehilangan teman dekat yang juga maestro tari Bali yang sangat giat,” katanya.
Selain sebagai penari, almarhum juga merupakan seorang dokter sama dengan sang ayahnya, Dr dr Anak Agung Made Jelantik.
Tak hanya dengan Bulan, Bandem juga akrab dengan ayah Bulan.
Saat Bandem menjadi Ketua Akademi Seni Tari Indonesia (STSI) Denpasar, Anak Agung Made Jelantik merupakan salah satu dosen di kampus tersebut.
"Ayah Bulan Trisna bagi saya adalah My God Father (ayah angkat saya) dan Bulan Trisna saya anggap sebagai adik sendiri. Hubungan kami sebagai kakak adik," kata Bandem.
Sehari sebelum Bulan Trisna meninggal, Bandem sempat mengirim pesan via WhatsApp (WA) ke teman dekatnya itu, Selasa 23 Februari 2021 sore.
Namun, pesan tersebut tak bisa dijawab oleh Bulan Trisna.
Ia mengirim WA karena ada firasat kurang baik dan berharap Bulan Trisna tetap sehat.
Karena menurut Bandem, almarhum sudah menderita kanker pankreas sejak lama dan sempat berobat ke Jepang, Singapura, dan terakhir di RS Siloam Jakarta.
Komunikasi terakhir Bandem dengan almarhum yang sangat intens yakni pada 6 September 2020 lalu.
Mereka berdua sedang merampungkan buku tari legong keraton yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
“Kami terus komunikasi, setiap minggu maupun bulan. Karen kami juga sedang menulis buku legong keraton bersama. Dan komunikasi agak panjang terjadi 6 September 2020. Saya menyelesaikan tugas dari beliau yakni menulis gambelan tentang tari legong keraton di Bali,” kata Bandem.
Ia menambahkan, buku tentang legong keraton ini sudah dicetak dua tahun lalu oleh Pemkot Denpasar.
Kemudian sekarang disempurnakan dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
“Naskahnya sudah rampung, tinggal mencari percetakannya. Tadinya mau diusulkan pencetakannya ke Direktorat Jendral Kebudayaan di Jakarta, tapi karena masih Covid Pak Dirjen menunda pemberian pembiayannya,” katanya.
Adik sepupu AA Ayu Bulan Trisna, Anak Agung Made Kosalya, mengatakan, putri tertua AA Made Jelantik merupakan cucu kesayangan dari Raja terakhir Kerajaan Karangasem, Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem.
Beliau disayang kaarena piawai menari sejak kecil.
Saat tamu kehormatan berkunjung ke Kerajaan Karangasem akan disambut oleh tarian.
"Biasanya kalau ada tamu kehormatan yang berkunjung ke Kerajaan, pasti beliau (Anak Agung Ayu Bulan Trisna, Red) yang ditunjuk menari sama keluarga lain. Dia dari kecil sudah pintar tari legong. Orangnya juga ramah," kenang AA Made Kosalya dihubungi Tribun Bali, Rabu.
Keuletannya dalam dunia tari sudah digeluti sejak kecil.
Sejak Orda Lama hingga akhir hayat, Bulan Trisna sudah mengeluti dunia tari.
Tidak heran jika dia sering mentas di istana kepresidenan saat ada kunjungan tamu serta acara kenegaraan.
Biasanya Bulan Trisna mementaskan tari Bali, seperti tarian legong yang gerakannya kompleks.
"Dari kecil senang menari. Beliau merupakan sosok yang berperan dalam melestarikan tari tradisional Bali. Konsisten dalam mempertahankan serta melestarikan tari legong," ungkap AA Made Kosalya, pria yang juga mengelola Objek Wisata Taman Tirtagangga, Kecamatan Abang, Karangasem.
Biasanya Bulan Trisna mengajarkan menari kepada ponakannya saat menyambangi Puri Karangasem.
Memberi coontoh gerakan tari yang benar terhadap keluarga puri.
"Terakhir kali beliau ke Karangasem saat ada acara pertemuan Raja se-Nusantara di Puri Karangasem. Beliau juga pentaskan tarian legong," tambah AA Made Kosalya.
Saat itu Bulan Trisna mementaskan tarian legong nusantara.
Peserta dari seluruh Indonesia yang hadir dalam pertemuan itu sangat terhibur dengan tari sang maestro.
Saat itu, kata AA Kosalya, beliau mementaskan bersama beberapa orang penari.
(I Putu Supartika/Saiful Rohim)