Wawancara Tokoh
Profil Ketua DPRD Tabanan, Kerja di Sawah hingga Jualan Es Keliling untuk Biaya Hidup
Tak banyak yang mengetahui kisah perjalanan hidup seorang pria tangkas berkumis tebal yang saat ini duduk di kursi kepemimpinan legislatif Tabanan.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, TABANAN - Tak banyak yang mengetahui kisah perjalanan hidup seorang pria tangkas berkumis tebal yang saat ini duduk di kursi kepemimpinan legislatif Tabanan.
Adalah I Made Dirga, S.Sos., pria yang berasal dari Banjar Sakeh, Desa Sudimara, Kecamatan Tabanan, Bali.
Pria kelahiran 24 April 1964 ini ternyata memiliki kisah kelam sepanjang perjalanan hidupnya.
Bahkan, sejak kecil ia sudah biasa kerja di sawah, memelihara itik, hingha jualan es keliling untuk penuhi biaya hidup dan sekolahnya.
Tak pernah sedikitpun terbesit akan menjadi politikus Tabanan bahkan sebagai Ketua DPRD Tabanan sekalipun.
Baca juga: Agenda Pertama Bupati & Wabup Tabanan Usai Dilantik Sembahyang ke Pura Batukau,Sertijab 1 Maret 2021
Baca juga: Truk Bawa Sarden Nyungsep di Tabanan, Evakuasi Gunakan Alat Berat
Baca juga: Kuasai Aset Tanah Kejari Tabanan, Penyidik Kejati Bali Tetapkan Enam Tersangka
Kata pertama yang ia lontarkan saat Tribun Bali menyapanya adalah "saya orang kecil yang penuh penderitaan dari kecil".
Pria enam bersaudara ini terlahir bukan dari keluarga yang berada melainkan serba kekurangan.
Sejak kecil ia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berusaha semaksimal mungkin karena ia sadar dengan lingkungannya.
"Aduuh... Kalau diceritakan sangat panjang. Saya orang kecil penuh penderitaan dari kecil. Saya ini 6 bersaudara dengan 4 laki-laki dan dua perempuan," kata dia sembari mengenang kisah perjalanan hidupnya hingga saat ini.
Ia menuturkan, sejak mulai duduk di bangku sekolah SDN 1 Sudimara sudah biasa bekerja.
Biasanya, sebelum ia sekolah, ia tak pernah merasakan yang namanya sarapan karena jarang sekali adaa makanan saat pagi datang.
Sadar dengan keadannya tersebut, ia pun mulai melakoni pekerjaan apa saja yang ada di sawah.
Mulai dari nudukin keong, majukut, hingga memelihara itik, dan banyak lainnya lagi.
"Bergelut dengan itik dan segala pekerjaan di sawah sudah biasa. Saya waktu itu keluarga di bawah garis kemiskinan, karena memang orang tua tidak punya pekerjaan pasti saat itu. Ayah saya saat itu hobinya memang berorganisasi, artinya lebih ke ngurus orang banyak (pengurus partai)," tuturnya.
Waktu berlalu, ia kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah di SMP Saraswati di Desa Sudimara saat itu.
Saat duduk di bangku SMP tersebut, hidupnya masih serupa dengan sebelumnya.
Ia masih tetap bekerja keras agar tetap hisa hidup. Bahkan, karena ia masuk kelas siang saat itu, ia juga sempat berjualan es keliling.
Waktu itu ia mengambil es lilin di daerah kerambitan, lokasinya cukup jauh dari rumahnnya.
Singkat cerita, ia kemudian masuk ke sekolah menengah atas.
Saat itu ia masuk ke Sekolah Pendidikan Pertanian Menengah Atas (SPPMA).
Saat itu, untuk masuk ke sekolah ini sangatlah susah dan harus membayar sekolah cukup mahal. Tiga tahun berselang ia akhirnya lulus sekolah dan segera mencari pekerjaan.
"Kalau diingat-ingat memang hidup harus selalu sangat disyukuri. Karena dengan kondisi apapun kita masih bertahan. Intinya kita harus tetap berusaha, bekerja keras, dan bekerja jujur. Satu lagi yang tak boleh dilupakan adalah memohon doa kepada leluhur dan mohon doa restu kepada orang tua," pesannya.
Karir Mulai Melejit Saat Bekerja di Hotel
Setelah lulus SMA, I Made Dirga kemudian bekerja di sebuah dealer sepeda motor yang bernama Arta Karya di Jalan Gajah Mada, Tabanan. Ia sempat bekerja selama beberapa bulan saja di dealer tersebut.
Hingga akhirnya dia memiliki kenalanan yang bekerja di hotel.
Saat perkenalan tersebut, sekitar tahun 1987 ia kemudian diajak bekerja di hotel.
Tak tanggung hotel tempatnya bekerja adalah Hotel Melia Bali Nusa Dua yang merupakan hotel bintang lima dan five star diamond. Disana ia bekerja sejak 1987 hingga tahun 2005.
Ia tak menjelaskan posisinya saat bekerja di hotel, namun ia lebih menjelaskan saat bekerja juga dari karir yang paling bawah. Selain itu ia juga berstatus pekerja harian, hingga karyawan tetap.
"Setelah kerja di hotel, saya baru bisa kuliah. Jadi saya kerja sambil kuliah saat itu. Saya kemudian kuliah di STISIP Margarana waktu itu," sebutnya.
Dirga menuturkan, waktu kerja di hotel dirinya memang selalu menyempatkan waktu untuk pulang ke rumahnya di Banjar Sakeh, Desa Sudimara.
Seiring waktu berjalan ternyata bakat di politik secara tidak langsung ia pahami karena ayahnya, Ketut Gereh memang sebagai petugas partai.
Seiring waktu berjalan, saat masih kerja di hotel ia justru ditunjuk untuk menjadi bagian dari anak ranting PDIP Tabanan pada tahun 1990-an. Selanjutnya, ia di ranting, kemudian Ketua PAC Tabanan, dan pengurus di DPC PDIP Tabanan.
"Karir di politik mengikuti orang tua sebenarnya karena dulunya memang ayah saya suka ngurus orang banyak. Jika saya sebenarnya suka gradag grudug saja dan Saya tak pernah mengira akan menjadi petugas partai," ungkapnya.
Awal mula menjadi petugas partai, ia bertekad memperjuangkan kepentingan rakyat minimal di lingkungan rumahnya sendiri.
Gagasan pertama yang dilakukan waktu itu adalah memohon perbaikan jalan kepada jajaran DPRD Tababan saat itu dan disetujui. Kemudian ia kembali memohon dibangunnya jembatan Kerambitan-Tabanan.
Selain itu juga membangkitkan turnamen olahraga bola voli. Itulah sebagian kecil yang saya lakukan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat wilayahnya saat itu.
"Awalnya saya bangkitkan bola voli ini, karena akses warga cukup sulit saat itu sehingga memperjuangkan jembatan itu kepada para pejabat di Tabanan dan akhirnya disetujui," tuturnya.
Karir I Made Dirga di Politik
Karir politik I Made Dirga dimulai dari anak ranting, ranting, PAC, hingga DPC PDIP Tabanan.
Ia sempat menkadi Ketua Ranting Desa Sudimara pada tahun 1990-an silam.
Saat itu ia masih bekerja di hotel. Karena dianggap terus berkiprah dan dianggap berhasil, Dirga kemudian direkomendasikan menjadi Ketua PAC Kecamatan Tabanan oleh partai.
Saat ia memimpin PAC, ada 5 orang warga wilayahnya yang berhasil duduk di kursi DPRD Tabanan.
"Nah saat jadi Ketua PAC ini ternyata banyak kesibukan karena di satu sisi mengurus partai dan bekerja di hotel. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti bekerja di hotel pada tahun 2005," kenangnya.
Setelah usai bekerja di hotel, ia kemudian sempat bekerja selama sekitar 4 tahun di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tabanan waktu itu. Selama di PDAM ia juga masih aktif untuk urusan partai di Tabanan.
"Setelah pulang baru bekerja di PDAM Tabanan tahun 2005 lalu," katanya.
Empat tahun berselang atau sekitar tahun 2009, ia kemudian maju untuk menjadi Calon DPRD Tabanan dengan nomor urut 01. Hanya saja, waktu itu ia sempat ragu karena dirinya tak memiliki dana yang cukup.
Namun karena ada dukungan partai, ia akhirnya tetap mencalonkan diri. Hingga akhirnya pada Pileg 2009 lalu, ia justru lolos dengan menggaet suara sebanyak 7.985 suara. Jumlah suara tersebut waktu itu bisaa dikenal sangat sangat banyak.
Dengan jumlah suara tersebut, saat itu ia bisa bersaing dengan calon lainnya seperti I Ketut 'Boping' Suryadi dan I Komang Gede Sanjaya.
"Sebeaenya saya tidak ada dana saat itu tapi ada banyak dukungan untuk maju. Dengan modal dukungan terseebut, ternyata saya dapat suara segitu (hampir 8 ribu) dan suara saya waktu itu bersaing dengan calon lainnya," kenangnya.
Setelah lolos dan duduk di anggota DPRD Tabanan, ia justru langsung ditunjuk oleh pimpinan legislatif sebagai Ketua Fraksi PDIP DPRD Tabanan.
Waktu itu berjalan normal selama satu periode dan ia ditarik untuk menjadi pengurus di DPC PDIP Tabanan.
Kemudian, untuk periode kedua tahun 2014 kembali mencalonkan diri dan kembali lolos.
Saat itu ia sempat menjadi calon DPRD dengan suara terbanyak yakni 12.354 suara. Saat itu ia juga sebagai Ketua Tim Pemenangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti - Komang Gede Sanjaya (Eka-Jaya).
"Saat itu suara saya terbanyak, kemudian berhasil memenangkan Eka-Jaya. Tapi saya juatru digeser dari Ketua Fraksi menjadi Ketua Komisi IV," ungkapnya.
Kemudian terakhir, terakhir ia maju pada Pileg 2019 lalu. Saat itu ia kembali meraih suara tertinggi di Dapil Tabanan Kerambitan dengan 12.153 suara.
Dengan perolehan suara tersebut ia menjadi kandidat sebagai Ketua DPRD menggantikan Ketut "Boping" Suryadi.
Dengan hasil mengejutkan, Made Dirga saat itu justru direkomendasikan oleh DPP PDIP untuk menjadi Ketua DPRD Tabanan.
Ia berhasil menggeser dua lawan kuatnya yakni peraih suara tertinggi yang juga Ketua PAC Marga, I Putu Eka Putra Nurcahyadi dan Sekretaris DPC PDIP Tabanan, I Nyoman Arnawa.
"Dulunya saya tak terbayang sedikitkun akan jadi anggota DPRD apalagi jadi Ketua DPRD. Yang jelas saya sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk mengabdikan diri dan semoga Tuhan memberikan jalan dan kekuatan untuk memberikan solusi segala permasalahan yang terjadi di masyarakat," ucapnya.
"Intinya kita harus selalu bersyukur dan berusaha. Dan apapun hasilnya dari kerja keras kita harus tetap disyukuri," imbuhnya.
Disinggung mengenai kelanjutan karinya di politik mengingat ia sudah menjadi Anggota DPRD Tabanan tiga periode, Dirga tak berkomentar banyak. Ia mengaku masih belum mengetahui kelanjutannya.
Karena yang terpenting adalah saat ini terus bekerja untuk kemajuan Tabanan.
"Setelah ini, saya belum tahu kemana. Yang penting kita terus kerja dan apapun hasil kerja tersebut harus disyukuri," tandasnya. (*)