Myanmar
Update Kudeta Myanmar, Militer Ciptakan Minggu Berdarah, 18 Orang Tewas dalam Sehari
Aparat keamaan di negeri itu menciptakan hari paling berdarah ketika 18 orang tewas dan 30 lainnya terluka dalam aksi demonstrasi, Minggu 28 Februari.
Pejabat PBB yang berbicara tanpa menyebut nama mengatakan, Nyi Nyi adalah satu dari setidaknya lima orang yang terbunuh di Yangon. Salah satu korban tewas di Yangon ditembak di mata.
Seorang guru sekolah menengah meninggal karena dugaan serangan jantung akibat ledakan stun grenade alias granat kejut.
Para guru mencoba berkumpul lebih awal, tetapi polisi melemparkan granat kejut dan menyerbu untuk membubarkan protes.
“Banyak yang terluka. Saya tidak punya senjata. Saya hanya datang ke sini untuk memprotes dengan damai. Apa pun yang mereka lakukan, kami harus menerimanya,” kata seorang guru Hayman May Hninsi.
Di seluruh negeri Myanmar, pengunjuk rasa yang mengenakan helm plastik dan perisai darurat berhadapan dengan polisi dan tentara dengan perlengkapan perang.
Beberapa unit polisi dan militer Myanmar yang terkenal melakukan tindakan keras terhadap kelompok pemberontak etnik di wilayah perbatasan Myanmar.
Menurut saksi mata, di Kota Dawei pasukan keamanan menembaki demonstran di tengah jalan.
Rekaman video yang dibagikan di media sosial menunjukkan, seorang pengunjuk rasa bercelana jins dan bersandal jepit terbaring tak bergerak setelah kerumunan berpencar.
Tentara berjalan melewati mayat itu dan mulai memukuli pengunjuk rasa lainnya.
Di Mandalay, seorang pria ditembak mati saat mengendarai sepeda motornya. Para pengunjuk rasa menggotong jenazah pria itu ke ambulans.
Peluru menembus helm merahnya, membuatnya bersimbah darah, gambar di media sosial menunjukkan kegetiran itu.
Seorang reporter di garis depan membuat unggahan di Facebook bahwa polisi telah memberi tahu orang-orang bahwa mereka tidak menembak karena mereka diperintahkan.
“Kami menembak karena kami ingin. Masuklah ke dalam rumah kalian jika kalian tidak ingin mati," tulis reporter itu mengutip salah satu polisi yang berteriak.
Kendati ada tindakan keras, pengunjuk rasa menyebar ke berbagai distrik, memasang penghalang jalan dengan tempat sampah beroda, tiang lampu, dan balok beton.
Beberapa orang memegang tameng antihuru hara buatan sendiri dari lembaran timah dan distensil dengan tulisan “PEOPLE” agar kontras dengan tameng yang berlabel “POLICE”.
