Berita Klungkung
Kisah Warga Klungkung Ketut Merta, Yatim Piatu Sedari Balita, Rumah Sederhananya Kini Harus Digusur
I Ketut Merta (55) termenung, saat ditemui di kediamannya yang jauh dari kata sederhana di Wilayah Kung, Dusun Timrah, Desa Paksebali, Klungkung, Bali
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Rumah itu hanya memiliki dua kamar, dengan dinding anyaman bambu yang sudah usang.
Atapnya berbahan seng, yang sudah rusak dan berlobang di mana-mana.
Sementara lantainya hanya tanah. Ia di rumah itu tinggal bersama istrinya, Nengah Susun.
Sementara kedua putranya, Wayan Landep (25), dan Nengah Astawan (22) memilih tinggal di kamar kos di Desa Tangkas.
" Anak saya memilih kos di desa Tangkas, karena memang di sini sudah tidak ada tempat. Kebetulan mereka sudan bekerja, jadi buruh bangunan," ungkap Merta.
Sebelumnya Ketut Merta, bersama dengan istrinya Ni Nengah Susun sebenarnya berjualan sate ikan.
Namun penyakit epilepsi Ni Nengah Susun kerap kumat, bahkan pernah tiba-tiba ambruk saat tengah jualan.
Sehingga saat ini keluarga tersebut hanya bisa menggantungan hidup dari membuat katik (tusuk) sate.
" Sudah tidak bisa jualan sate lagi. Kami hanya jual katik (tusuk sate) ke pedagang sate," ungkapnya.
Dari usahanya itu, ia mendapatkan uang sekitar Rp20 ribu dalam sehari.
Walau berasal dari Karangasem, beruntung Merta bisa diakui sebagai warga di Desa Paksebali.
Ia juga tercatat sebagai keluarga miskin, dan setiap bulan mendapatkan bantuan program keluarga harapan.
Namun tiba-tiba saja ia dibuat kaget, saat si pemilik lahan meminta lahan yang selama ini ia tinggali.
Rencananya lahan tersebut akan diratakan dengan alat berat pekan depan, dan si pemilik meminta Ketut Merta untuk segera pindah.
Hal ini sempat membuat Ketut Merta sempat kebingungan.