Berita Bali

Asosiasi Rumah Sakit Swasta Bali Minta Koneksi Data Seluler Tetap Dibuka Ketika Nyepi, Ini Alasannya

Masalah koneksi internet kembali menjadi pembahasan hangat menjelang Hari Raya Nyepi 2021 Tahun Baru Saka 1943

Accorhotels via Tribun Travel
Ilustrasi Nyepi di Bali. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Masalah koneksi internet kembali menjadi pembahasan hangat menjelang Hari Raya Nyepi 2021 atau Nyepi Saka 1943.

Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta wilayah Bali, Dr.dr IB G Fajar Manuaba, SpOG, MARS dengan tegas menyatakan menolak jika koneksi internet melalui data selular pada smartphone diputus ketika Hari Raya Nyepi, Minggu 14 Maret 2021.

Ketika dikonfirmasi Tribun-Bali.com, dr. Fajar menyatakan sudah menyampaikan keberatannya tersebut saat pertemuan, Kamis 25 Februari 2021 lalu. 

"Sudah kami sampaikan pada Dinas Kesehatan pada tanggal 25 Februari lalu. Katanya sesuai dengan keputusan, jalur internet yang hidup hanya wi-fi saja,” katanya Jumat 5 Maret 2021.

“Saat ini kita harus mengikuti apa yang telah disampaikan oleh Presiden. Situasi ini merupakan situasi yang sangat ordinary sehingga kita tidak bisa bersikap biasa-biasa saja,” tambahnya.

Baca Juga: PHDI: Internet Tak akan Padam, 3 Lembaga Sepakat, Nyepi Tanpa Internet dan Siaran di Bali 

Baca Juga: Rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali, Peserta Dibatasi 50 Orang 

Pihaknya menolak koneksi internet melalui data selular di smartphone dimatikan karena mengingat saat ini sedang masa pandemi Covid-19.

“Yang harus kita cermati adalah kasus positif yang selalu melonjak setiap harinya hingga menyentuh angka 35 ribu," jelasnya. 

Terlebih saat ini, kata dia, isolasi untuk orang tanpa gejala (OTG) telah dihentikan sejak 27 Februari lalu. Yang membuat sebagian besar OTG harus isolasi di rumah.

“Tentu saja potensi penyebaran pun sangat besar dan dan jika seperti itu siapa yang akan mengontrolnya,” tandasnya.

Maka dari itu satu-satunya jalan dengan berkomunikasi dan menggunakan internet. Tidak cukup hanya menggunakan telepon dan SMS. 

"Dan kondisi pasien Covid-19 OTG yang sedang melakukan isolasi di rumah termasuk juga telemedicine,” ujarnya.

Ditambahkan, jika hanya memikirkan internet wi-fi untuk di rumah dan di rumah sakit tidak terputus, menurutnya kurang pas.

“Karena kita juga harus berhitung apakah kasus positif 35 ribu memiliki akses jaringan kabel semua. Bisa saja beberapa dari mereka hanya mengandalkan paket data saja," tambahnya. 

Dan tidak menutup kemungkinan pasien Covid-19 OTG bisa jadi bergejala dalam waktu 24 jam.

Menurutnya, penyakit Covid-19 sangat dinamis. Mungkin ketika dini hari merasakan biasa-biasa saja, namun sewaktu-waktu bisa terjadi keburukan.

Maka dari itu pihaknya dari ARSSI meminta untuk konsisten, tidak tanggung-tanggung dengan membuka internet pada masa pandemi ini.

"Toh juga Nyepi tahun depan juga ada, yang penting kita selesaikan terlebih dahulu pandemi jangan sampai ada korban gara-gara pemutusan komunikasi ini,” tegas Fajar Manuaba.

“Terlebih pada rumah sakit daerah yang tidak semua dokternya stay atau tinggal di dalam rumah sakit selama Nyepi,”

“Ada beberapa dokter yang standby nya di rumah dan biasanya menerima laporan melalui media sosial WhatsApp. Dan jika internet diputus seperti itu tentu saja akan merepotkan," terangnya. 

Ia juga menambahkan, sementara untuk OTG yang melakukan isolasi mandiri di rumah bisa saja terjadi masalah.

“Apa mungkin ia mengandalkan telepon dan SMS untuk melaporkan keadaan dirinya? Maka dari itu jangan hanya berpikir bahwa rumah yang berisi wi-fi dan rumah sakit yang internet dapat berjalan. Namun juga memperhatikan beberapa rumah yang tidak memiliki jaringan wi-fi,” terangnya.

Baca Juga: Terkait Internet Saat Nyepi 2021, Pemerintah: Tempat Umum Mati, PHDI: Tetap Hidup karena Pandemi 

Sementara ketika sudah melapor ke Dinas Kesehatan Provinsi Bali, saat ini Dinkes Provinsi Bali juga sudah berusaha untuk membuka akses internet baik melalui wi-fi maupun data seluler. 

"Sedangkan untuk sistem penjemputan ambulans di Bali pun belum berjalan secara optimal dan apabila jika terjadi suatu keburukan apa mungkin orang menelepon saja akan datang ambulans? Apakah mungkin pecalang setempat akan membantu jika kita terbukti positif? Itu yang harus dipikirkan," tambahnya. 

Intinya ia meminta agar koneksi internet melalui data seluler pada smartphone masing-masing orang tetap dihidupkan.

Serta mengikuti bagaimana arahan dari Presiden bahwa saat ini kita sedang dalam kondisi yang ordinary tidak bisa bertindak dengan biasa-biasa saja. 

Dan bagi pihaknya yang merupakan tenaga medis terputusnya koneksi internet selama 24 jam itu sangat menyusahkan karena kejadian apapun bisa saja terjadi.

Sebelumnya Ketua PHDI Bali, Prof I Gusti Ngurah Sudiana, kepada Tribun-Bali.com, Kamis 4 Maret 2021, menyatakan internet tidak akan mati saat Nyepi berlangsung.

Hal ini katanya mengingat dalam situasi pandemi, informasi sangat dibutuhkan sehingga internet tetap hidup.

"Kami mengharapkan umat dapat melaksanakan catur brata penyepian dengan penuh sradha bhakti," tegasnya. Sehingga walaupun internet hidup, namun umat tetap mengikuti tapa brata penyepian dengan khusyuk. Semisal dengan melakukan yoga semadi. Kemudian membaca kita suci Ramayana, Mahabharata, Sarasamuscaya. 

Termasuk juga kitab itihasa, purana dan pustaka keagamaan Hindu yang lain.

Sehingga waktu sehari tidak akan terasa. Dan berlalu dengan manfaat yang baik sesuai ajaran agama Hindu.

"Bisa juga umat berdiskusi tentang agama, atau amuter tutur pinahayu dengan keluarga. Sehingga melaksanakan Nyepi manfaatnya akan terasa bagi diri sendiri dan keluarga," ujar guru besar IHDN ini.(*) 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved