Berita Denpasar
Budaya Literasi Kunci Kemajuan Umat Hindu, Ari Dwipayana: Jangan Sampai Pintar Tapi Tak Kongruen
'Literasi Menuju Dharma Sadana', yang diadakan oleh Kampus (STAH DNJ) Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Noviana Windri
Laporan Wartawan Tribun Bali Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Tidak ada kemajuan Hindu, tanpa pengembangan budaya literasi yang tertanam kuat di setiap insan umat Hindu.
Hal itu disampaikan Koordinator Staf Khusus Presiden RI, AAGN Ari Dwipayana, saat menjadi pembicara dalam kuliah umum secara daring dengan topik dari 'Literasi Menuju Dharma Sadana', yang diadakan oleh Kampus (STAH DNJ) Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara.
Tokoh Puri Kauhan Ubud ini, menegaskan bahwa budaya literasi sangat penting dalam setiap aspek kehidupan umat Hindu.
Budaya literasi ibarat sinar terang untuk mengatasi kegelapan.
Dan umat Hindu memiliki warisan tradisi sastra dan aksara yang sangat kaya.
Warisan sumber literasi seharusnya bisa digunakan sebagai basis tranformasi sosial dan kemajuan peradaban Hindu.
Baca juga: Bagi Umat Hindu Bali, Otonan Lebih Penting daripada Ulang Tahun, Apa Sebabnya?
Baca juga: Umat Hindu Tak Dilarang Rayakan Banyupinaruh di Tirta Empul Gianyar Bali Namun Prokes Berjalan Ketat
Karena itu upaya memperkuat budaya literasi adalah keharusan.
"Namun dalam mengembangkan budaya literasi kita menghadapi tantangan yang cukup besar," sebutnya dalam siaran pers yang diterima Tribun Bali, Minggu 7 Maret 2021.
Menurut UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, yakni hanya 1,001 persen.
Artinya dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.
Selanjutnya Ari Dwipayana mengingatkan, bahwa tidak cukup dengan hanya mengembangkan budaya membaca saja, tapi perlu diikuti pengembangan cara berpikir kritis dan kreatif.
Dengan hidupnya cara berpikir kritis dan kreatif, umat Hindu diajarkan bukan hanya menganalisa dan mengevaluasi informasi, tapi juga menciptakan gagasan baru dan menemukan terobosan yang inovatif.
Dalam paparannya, Ari Dwipayana juga mengingatkan bahwa saat ini sumber ilmu pengetahuan tidak tunggal, namun sangat tersebar dan beragam.
Dulu sumber pengetahuan sangat terbatas, hanya sebatas media cetak saja, namun di era internet of things, big data dan kecerdasan buatan(AI) sumber pengetahuan ada dimana-mana, sangat mudah didapatkan.