Berita Gianyar
Umat Hindu Tak Dilarang Rayakan Banyupinaruh di Tirta Empul Gianyar Bali Namun Prokes Berjalan Ketat
Dimana umat diminta untuk mengantrai dan ketika melukat di pancuran, untuk satu pancuran mereka diberikan waktu hanya lima detik.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Noviana Windri
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Sebagai salah satu tujuan utama perayaan Banyupinaruh atau menyucikan diri dengan air suci, pihak pengelola Tirta Empul di Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali tidak menutup pintu untuk umat Hindu yang merayakan hari suci ini.
Namun demikian, mereka tidak mengabaikan protokol kesehatan (prokes). Prokes covid-19 tetap berjalan di sini, bahkan penerapannya pun sangat ketat.
Dimana umat diminta untuk mengantrai dan ketika melukat di pancuran, untuk satu pancuran mereka diberikan waktu hanya lima detik.
Meskipun prokes berjalan relatif ketat, namun hal tersebut diapresiasi oleh umat yang tangkil atau datang ke sana.
"Ya, namanya juga masih suasana pandemi, mau tidak harus mengikuti peraturan yaitu menerapkan prokes. Kami tidak masalah dengan prokes, asalkan kami tidak dilarang merayakan hari suci kami," ujar Nyoman Kariana asal Denpasar, Minggu 31 januari 2021.
• Agar Tidak Berkerumun, PHDI Bali Sarankan Umat Laksanakan Banyupinaruh Pakai Air Kumkuman
• Yeh Gangga Tutup Pantai Untuk Banyupinaruh, Kerahkan Satgas Untuk Jaga Ketat Selama 24 Jam
• Tirta Empul Gianyar Terapkan SOP Covid-19 Saat Banyupinaruh
Kariana yang datang bersama keluarganya ini, berharap semua pihak mencontoh apa yang dilakukan di Tirta Empul.
Pasalnya, di beberapa tempat yang enggan ia sebut lokasinya, justru justru terkesan kaku. Bahkan sampai ada yang menutup tempatnya.
"Kalau petugas menjalankan protokol dengan baik, masyararakat pasti memahami dan bisa mengikuti. Bukan langsung menutup. Menurut saya, pelanggan akan terjadi jika petugasnya tidak sungguh-sungguh menjalankan tugas," kritiknya.
Diketahui, Objek Wisata Tirta Empul ini dikelola oleh dua pihak, yakni Pemkab Gianyar dan Desa Adat Manukalet karena lokasinya berada di wilayah desa adat tersebut.
Bendesa Adat Manukaya Let, Tampaksiring, Gianyar, I Made Mawi Arnata, mengatakan Tirta Empul selalu terbuka untuk siapapun.

Terlebih lagi untuk umat. Hanya saja, selama pandemi ini, aktivitas sini diatur secara ketat.
Kata dia, pengaturan sudah dilakukan mulai dari parkiran.
Dimana jika di utama mandala (tempat pengelukatan dan persembahyangan) banyak antraian, maka pihaknya akan menyuruh umat di parkiran untuk menunggu.
"Namun sampai saat ini tidak sampai adanya pembludakan" ujarnya.
Sementara di lokasi pancuran, kata dja, proses pengelukatan diberikan jangka waktu lima detik.
Namun hal tersebut sebetulnya bukan masalah, lantaran dalam situasi normal pun, umat tidak pernah berlama-lama saat menyucikan diri di pancuran.
"Mari kita sama-sama mematuhi prokes supaya situasi kembali normal," tandasnya. (*)