Berita Bali
Di Awal Tahun 2021, PT. Solid Gold Berjangka Bali Rekomendasikan Dua Produk Investasi Ini
Di awal tahun 2021 ini, PT. Solid Gold Berjangka (SGB) Bali melihat bahwa terdapat dua produk investasi yang tengah menjadi tren
Penulis: Karsiani Putri | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Laporan Wartawan Tribun Bali, Karsiani Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Di awal tahun 2021 ini, PT. Solid Gold Berjangka (SGB) Bali melihat bahwa terdapat dua produk investasi yang tengah menjadi tren khususnya di ruang lingkup PT. SGB Bali.
Kedua produk investasi tersebut, yakni Locogold dan indeks Hang Seng.
Hal tersebut disampaikan oleh Pimpinan Cabang PT. Solid Gold Berjangka Bali, Peter Susanto.
“Locogold atau emas berjangka masih menjadi primadona. Hal ini terkait pula dengan momen Imlek pada awal Februari lalu, di mana emas biasanya mengalami kenaikkan pada momen tersebut. Berikutnya, indeks Hang Seng. Indeks saham gabungan Hongkong ini mengalami penguatan yang cukup positif selama beberapa bulan terakhir. Dan diprediksi baik Locogold maupun Hang Seng masih akan bergerak positif hingga akhir 2021 seiring dengan pemulihan ekonomi di banyak negara dan menunggu kepastian vaksin Covid-19 yang memiliki efektifitas 100 persen,” kata Peter Susanto.
Baca juga: Antusias Masyarakat Terhadap Tabungan Emas Pegadaian Tercatat Meningkat di Tengah Pandemi
Baca juga: Saham Tesla Anjlok, Elon Musk Kehilangan Rp 387 Triliun dalam Seminggu
Baca juga: Proyek Tol yang Digugat Tommy Soeharto Milik CMNP, Mayoritas Sahamnya Pernah Dimiliki Tutut Soeharto
Sebelumnya, momen Window Dressing pada akhir 2020 lalu, PT. SGB Bali merekomendasikan untuk berinvestasi pada Index Hangseng dan Nikkei dengan memilih kategori saham unggulan atau ‘Blue Chip’.
Kini, untuk diawal tahun 2021 ini Peter Susanto merekomendasikan Locogold dan Indeks Hang Seng untuk dapat menjadi pertimbangan utama bagi para nasabah yang ingin mencoba trading di pasar berjangka.
“Peluang profit rata-rata berada di 20-50 point atau Rp 20- Rp 50 juta dilihat dari rerata pergerakan kedua produk derivatif tersebut untuk saat ini. Sementara untuk tingkat risiko juga sekitar 10-30 point. Namun, dengan manajemen risiko bisa dibatasi menjadi 5-15 point,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga berbagi kiat-kiat agar nasabah dapat meraih keuntungan atau cuan dalam berinvestasi sekaligus terhindar dari yang namanya investasi bodong.
“Pertama perhatikan legalitas. Perusahaan pialang berjangka yang resmi diawasi dan terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. Kedua, jangan terbuai oleh iming-iming tanpa risiko dari tenaga marketing manapun dari perusahaan pialang karena setiap investasi di perdagangan berjangka selalu memiliki peluang dan risiko dan ini sudah menjadi standar pengetahuan yang umum bagi setiap marketing. Terutama di SGB Bali #RasaBaru,” ucap Peter Susanto.
“Ketiga, pahami jalur mediasi yang benar bila terjadi perselisihan dengan perusahan pialang karena industri perdagangan berjangka komoditi memiliki Undang-Undang tersendiri yang mengatur. Maka, bila terjadi persoalan di kemudian hari penyelesaian menurut Undang-Undang Perdagangan Berjangka Komoditi adalah langkah penyelesaian yang paling tepat dan cepat. Dan keempat, calon nasabah harus membaca dengan cermat buku perjanjian yang diberikan sebelum ditandatangani,” tambahnya.(*).