Ari Dwipayana: Dialog Antar Agama Jangan Hanya di Tataran Elitis, Harus Sampai ke 'Akar Rumput'
Dialog perlu mendiskusikan isu-isu panas di akar rumput, seperti masalah pendirian tempat ibadah, syiar agama, pernikahan antar agama, konversi agama
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Wema Satya Dinata
Tetapi juga momentum bangkitnya solidaritas sosial lintas agama, suku dan ras.
"Solidaritas ini menjadi modal sosial kita untuk menyelesaikan masalah-masalah bersama, seperti climate change, kebodohan, kemiskinan, keterbelakanan, dan lainnya," imbuhnya.
Ari juga menyampaikan, perayaan Nyepi sebagai momentum umat Hindu melakukan refleksi diri, mulat sarira, menuju kehidupan baru.
Kehidupan yang saling menghormati, menghargai dan menjaga sesama ciptaan Tuhan.
Hal itu dilakukan di masa pandemi ini, dengan membatasi interaksi, menghindari kerumunan atau mengurangi mobilitas.
"Jadi saat banyak negara harus melakukan lockdown karena Covid-19.
Umat Hindu, khususnya di Bali sudah memiliki konsep lockdown yang dilakukan secara rutin sekali dalam setahun," katanya.
Menjalankan catur brata penyepian, yang boleh dikatakan mirip dengan konsep “lockdown”.
Selain Ari Dwipayana, Sarasehan Lintas Iman ini juga menghadirkan pembicara lain, seperti KH.Abdul Muhaimin ( Tokoh Islam FPUB DIY), Romo Martinus Joko Lelono ( Tokoh Katholik DIY), Timothy Apriyanto ( Tokoh Kristen FPUB DIY), Ki Demang Wangsayfudin ( Tokoh Kepercayaan Sunda Wiwitan), RM Dr. Effendi Tanumihardja ( Tokoh Budha FPUB DIY), dengan Keynote Speaker Prof Dr Phil Al Makin, S.Ag.,MA, Rektor UIN Sunan Kalijaga). (*)