Mantan Kapolda Bali: Ada Terpidana Mati Nekat Jual Narkoba Sambil Tunggu Eksekusi
Mantan Kapolda Bali Petrus Golose menjelaskan bahwa di Indonesia bandar narkoba tidak mengarah kepada narcoterrorism.
TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Sebuah pertanyaan menyeruak saat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Petrus Golose melakukan rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR, Kamis 18 Maret 2021.
Pertanyaan itu seputar bandar narkoba di Indonesia dan kaitannya dengan narcoterrorism.
Ada dugaan para bandar narkoba di lapas dan napi kasus terorisme bekerja sama. Hingga uang dari hasil narkoba digunakan untuk biaya terorisme melawan negara.
Mungkin seperti gembong narkoba Kolombia, Pablo Escobar. Dari uang jualan kokain dia membangun angkatan bersenjata dan melakukan teror. Escobar kemudian tewas dalam suatu penyergapan oleh polisi Kolombia.
Baca juga: Mobil Gembong Narkoba Pablo Escobar Dilelang Mulai Rp 31 Miliar
Baca juga: Jual Narkoba demi Biayai Sekolah Dua Adik, Gerak-gerik Fikri Tercium saat Bawa Kardus
Menjawab pertanyaan itu, Mantan Kapolda Bali Petrus Golose menjelaskan bahwa di Indonesia bandar narkoba tidak mengarah kepada narcoterrorism.
”Saya pernah operasi di Kolombia, Meksiko, dan sebagainya. Tetapi bukan itu yang ada di sini. Di Indonesia ini adalah konvergensi. Jadi bekerja sama di lapas antara napi teror dan napi narkotika," jelas Golose.
Menurut dia, kerja sama ini semata urusan uang, tak ada kaitan dengan kegiatan terorisme.
Golose menjelaskan, BNN saat ini fokus menyasar pemberantasan narkoba di lapas. Salah satu persoalan selain over kapasitas, ada napi terpidana mati yang nekat kembali berjualan narkoba.
Para terpidana mati kasus narkoba itu membangun jaringan sembari menunggu waktu eksekusi.
”Rata-rata apabila mereka sudah menerima hukuman mati yang sekarang kita di Indonesia maupun yang berada mereka sudah hopeless belum dieksekusi. Tetapi akhirnya dia lebih baik berpikir bagaimana dia bisa menggerakkan dari dalam lapas," kata Golose.
Eks Kapolda Bali itu mengatakan, temuan itu terungkap dari kerja sama bersama Kemenkumham.
Hal ini menjadi pemicu mengapa masih banyak peredaran narkoba dari dalam lapas.
"Dan, itu kita bekerja sama dengan Dirjen Lapas bekerja dengan baik terima kasih Pak, kaitan dengan ini karena untuk pemberantasan," ucap Golose.
Terkait asal narkoba yang masuk ke Indonesia, Golose mengatakan peredaran gelap narkotika yang masuk ke wilayah Indonesia bukan hanya berasal dari negara China.
Menurut pemetaan BNN, negara seperti Afghanistan dan Iran sudah membuka pasar peredaran narkoba di tanah air.