Ritual Tradisi Nyepi Adat 15 Hari di Tenganan Pengringsingan, Warga Pantang Menangis Dan Tertawa
Ritual Nyepi di Desa Adat Tenganan Pegringsingan yang dilaksanakan di sasih kasa digelar selama 15 hari, sesuai kalender di Tenganan.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Ada yang berbeda dari tradisi Nyepi Adat di Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali.
Tradisi di sini berbeda dengan Desa Adat lain di Karangasem, Bali lainnya.
Ada pantangan Nyepi yang berbeda dengan Nyepi pada umumnya.
Ritual Nyepi di Desa Adat Tenganan Pegringsingan yang dilaksanakan di sasih kasa digelar selama 15 hari, sesuai kalender di Tenganan.
Pantangan ritual Nyepi tersebut diantaranya adalah tidak tertawa, tidak menangis, tidak memukul kentongan, tidak numbuk padi, tidak buat lubang sedalam siku, tak menyembelih hewan babi dan ayam.
Kelian Adat Tenganan Pegringsingan, I Wayan Rustana menjelaskan, Nyepi Adat di Tenganan Pegringsingan dilaksanakan saat awal sasih kasa selama 15 hari, sampai puncaknya pada purnama sasih kasa.
"Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang harus dilakukan,"ungkap I Wayan Rustana.
Ditambahkan, krama Desa Adat Tenganan Pegringsingan yang menggelar Nyepi tidak boleh melakukan aktivitas yang dilarang selama 15 hari.
Diantaranya tidak tertawa, tidak menangis, tidak boleh memukul kentongan, menumbuk padi juga tak boleh, tidak buat lubang sedalam siku tangan, tidak menyembelih ternak babi dan ayam.
Tak ada sanksi bagi pelanggar saat perayaan Nyepi Adat.
Tapi, hampir semua masyarakat / krama Tenganan Pegringsingan menjalankan peraturan tersebut.
Mereka (krama) akan malu sendiri seandainya tak mengikuti aturan yang sudah dilaksanakan oleh leluhurnya secara turun temurun.
Makna dari ritual Nyepi Adat selama 15 hari yakni sebagai penghormatan terhadap leluhur sebelumnya.
Ini adalah peninggalan leluhur yang harus dilaksanakan dan tetap dilestarikan.
"Kami menjalankan sesuai aturan yang telah ditentukan oleh leluhur sebelumnya. Krama tak berani melanggar, apalagi tak melakukan,"ujar I Wayan Rustana.