Serba Serbi

25 Hari Sebelum Galungan Merayakan Tumpek Wariga, Gunakan Mantra: Kaki Kaki, I Dadong Dija

25 hari sebelum Hari Raya Galungan atau di Bali disebut selae dina sebelum Galungan, umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Wariga.

Tribun Bali/I Putu Supartika
Ilustrasi Tumpek Wariga - 25 Hari Sebelum Galungan Merayakan Tumpek Wariga, Gunakan Mantra: Kaki Kaki, I Dadong Dija 

Hal ini bermakna sebagai ungkapan rasa syukur atas rahmat yang dilimpahkan berupa tumbuhan yang subur sekaligus sebagai pengharapan semoga tumbuhan yang berbuah akan berbuah lebat yang akan dipakai sesajen saat Galungan.

Menurut Kelihan Penggak Men Mersi, Kadek Wahyudita, dahulu biasanya tumbuhan yang diupacarai adalah tumbuh-tumbuhan seperti kelapa dan tumbuhan buah-buahan.

Tumbuh-tumbuhan ini biasanya tumbuh di pekarangan atau tegalan masyarakat.

"Akan tetapi kini seiring dengan laju perkembangan jaman, khususnya di kota, masyarakat tidak lagi memiliki teba sehingga sangat jarang dijumpai pohon berbuah yang diupacarai pada saat tumpek bubuh. Dampaknya tumpek bubuh secara perlahan mulai tidak dipahami maknanya oleh generasi kekinian," katanya.

Namun menurutnya dengan konsep tanaman buah dalam pot (tabulapot) masyarakat bisa memanfaatkan pekarangannya yang tidak terlalu luas untuk menanam tanaman buah.

Dengan demikian masyarakat juga bisa melaksanakan perayaan Tumpek Wariga di perkotaan walaupun tidak memiliki tegalan.(*).

Kumpulan Artikel Bali
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - 25 hari sebelum Hari Raya Galungan atau di Bali disebut selae dina sebelum Galungan, umat Hindu di Bali merayakan Tumpek Wariga.

Tumpek Wariga ini juga bisa disebut dengan Tumpek Uduh, Tumpek Bubuh, Tumpek Panuduh, Tumpek Pengarah, atau Tumpek Pengatag.

Dirayakan setiap enam bulan sekali yaitu pada Saniscara Kliwon wuku Wariga yang jatuh tepat hari ini, Sabtu 20 Maret 2021.

Perayaan Tumpek Wariga ini merupakan hari suci pemujaan kepada Dewa Sangkara atau Dewa penguasa kesuburan semua pepohonan dan tumbuhan.

Dalam lontar Sundarigama disebutkan sebagai berikut.

Wariga, saniscara kliwon, ngaran tumpek panuduh, puja kreti ring sang hyang sangkara, apan sira amredyaken sarwa tumuwuh, kayu-kayu kunang.

Ini artinya pada wuku Wariga, Sabtu Kliwon disebut Tumpek Panguduh, merupakan hari suci pemujaan Sang Hyang Sangkara, karena beliau adalah dewa penguasa kesuburan semua tumbuhan dan pepohonan.

Pada saat ini masyarakat Hindu di Bali akan melaksanakan upacara untuk pepohonan dengan menggantung tipat taluh pada pepohonan dan juga banten.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved