Berita Jembrana

Nelayan di Jembrana Keluhkan Tak Bisa Beli BBM Bersubsidi Akibat Terganjal Surat Rekomendasi

SPBN dan SPBU, tidak dapat melayani pembelian para nelayan dikarenakan surat rekomendasi dinas terkait yang tidak turun kepada nelayan

Penulis: I Made Ardhiangga Ismayana | Editor: Wema Satya Dinata
kompas.com
ilustrasi - Aktivitas pengisian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di salah satu SPBU. Nelayan di Jembrana Keluhkan Tak Bisa Beli BBM Bersubsidi Akibat Terganjal Surat Rekomendasi 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA - Nelayan Pengambengan mengalami kesulitan dalam BBM bersubsidi.

Ternyata bukan persoalan stok, namun rekomendasi menjadi kendala.

Bahkan, faktanya stok BBM bersubsidi mencukupi untuk para nelayan.

Akibat hal ini, nelayan pun terpaksa membeli BBM non subsidi untuk pergi melaut menangkap ikan

Baca juga: Pencarian Korban Nelayan Hilang di Perairan Desa Perancak Jembrana Bali Dihentikan Sementara

Informasi yang dihimpun, SPBN dan SPBU, tidak dapat melayani pembelian para nelayan dikarenakan surat rekomendasi dinas terkait yang tidak turun kepada nelayan.

Dan untuk turunnya rekomendasi, maka nelayan sendiri wajib memiliki SIUP (surat ijin usaha perikanan).

Pada faktanya, sebanyak 36 perahu milik nelayan Jembrana dengan kapasitas 30 GT pada 2020 lalu, ijinnya sudah mati.

Salah seorang nelayan yang enggan disebut namanya, mengaku, bahwa kondisi saat ini membuat nelayan kelimpungan.

Masalahnya, hasil tangkapan ikan tidak sebanyak 2020 lalu.

Saat 2020 sendiri, tidak terlalu terasa untuk membeli BBM non subsidi, dikarenakan tangkapan dan harga cukup lumayan.

Berbeda halnya saat ini, Dimana harga jual ikan turun sedangkan harga BBM non subsidi tetap.

“Semakin lama juga terasa untuk bahan bakar,” ucapnya.

Salah satu pengelola SPBN Pengambengan, Tantri mengaku, bahwa kuota bahan bakar solar nelayan masih mencukupi.

Akan tetapi memang SPBN hanya menerima pembelian dari nelayan yang mengantongi rekomendasi.

Ketika tidak ada, maka tidak dilayani karena pihaknya menjalankan dan menaati peraturan yang berlaku.

Baca juga: Seorang Nelayan Hilang di Perairan Desa Perancak Jembrana, Eddy: Sampai Sekarang Belum Ditemukan

“Untuk stok selalu ada. Cuma  sejak tahun 2020 memang sering terlambat datang.

Untuk kuota biasanya 40 ribu liter, dan sekarang karena berkurang, hanya 25 ribu liter,” ungkapnya. (*).

Artikel lainnya di Berita Jembrana

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved