Berita Bali

Pemprov Bali Tolak Impor Beras, Sebut Ketahanan Pangan Bali Masih Aman

Wacana impor beras sebanyak 1 juta ton yang dilontarkan Menteri Perdagangan (Mendag), M. Lutfi mendapat berbagai tanggapan dan kritik di masyarakat. 

Penulis: Ragil Armando | Editor: Noviana Windri
Dandim 1619/Tabanan
Dandim 1619/Tabanan, Letkol Inf Toni Sri Hartanto mengecek langsung Gudang Bulog (Badan Urusan Logistik) Kediri I, di Jalan Wagimin No.10 Banjar Jagasatru Desa/ Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali, Jumat (8/5/2020). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Wacana impor beras sebanyak 1 juta ton yang dilontarkan Menteri Perdagangan (Mendag), M. Lutfi mendapat berbagai tanggapan dan kritik di masyarakat. 

Pasalnya, di berbagai daerah, termasuk Bali saat ini sedang memasuki masa panen raya. 

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana menyebut bahwa Bali sendiri masih memiliki ketahanan pangan yang aman. 

"Berdasarkan data tersebut situasi ketahanan pangan kita di masa pandemi Covid-19 masih aman," kata dia, Selasa 23 Maret 2021.

Ia menjelaskan bahwa bahwa dari data estimasi yang dimiliki pihaknya, ia menyebut bahwa angka produksi gabah kering giling (GKG) periode Januari-April 2021 sebanyak 260.949 ton yang setara dengan 167.058 ton beras.

Menteri Lutfi Siap Dicopot Kalau Salah Soal Kebijakan Impor Beras

Soal Rencana Mendag Impor Beras 1 Juta Ton, Anggota DPR Nyoman Parta:Ini Menyinggung Perasaan Petani

Ia menjelaskan bahwa jika dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi Bali sebanyak 142.475 ton beras, maka ia menyebut akan ada surplus beras sebanyak 24.584 ton.

Sedangkan, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunarta mengatakan bahwa stok ketahanan pangan Bali masih dapat terjaga. 

Ini karena Bali pada bulan Maret 2021 mulai memasuki masa puncak panen raya.

Hal itu menyebut wacana impor beras yang dilontarkan oleh Mendag tersebut dirasa kurang pas. 

Bahkan, justru akan mengganggu psikologis petani dengan turunnya harga gabah. 

"Meskipun belum dilaksanakan, namun secara psikologis akan mengganggu petani karena harga gabahnya akan menjadi lebih rendah," ucapnya. 

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved