Dari Target 73 Ribu, Vaksinasi Pelayan Publik di Denpasar Sudah Mencapai 53 Persen

Untuk mempercepat target capaian, Pemkot Denpasar menggelar vaksin massal yang dilakukan setiap akhir pekan.

Penulis: Putu Supartika | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi - Vaksin AstraZeneca Telah Didistribusikan ke Bali, Ketahui Masa kedaluwarsa dan Efek Sampingnya 

Kedua vaksin tersebut sama-sama digunakan untuk program vaksinasi massal pemerintah guna memutus mata rantai penularan Covid-19 yang sudah setahun menjadi pandemi.

Vaksin dari Sinovac merupakan buatan perusahaan biofarmasi asal China, yakni Sinovac.

Nama asli vaksin tersebut sedianya ialah CoronaVac.

Sedangkan vaksin AstraZeneca merupakan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi dari Inggris AstraZeneca beserta Oxford University.

Keduanya sama-sama telah lulus uji keamanan dan efikasi sehingga layak digunakan untuk vaksinasi Covid-19 secara massal.

Keduanya juga sama-sama bisa disimpan di suhu yang tak terlalu rendah yakni di kisaran 2-8 derajat celsius sehingga memudahkan proses distribusi dan penyimpanan.

Lantas, apa perbedaan di antara kedua vaksin tersebut?

Berikut penjelasannya sebagaimana dilansir dari Kompas.com:

1. Efikasi vaksin Sinovac lebih tinggi daripada AstraZeneca

Tingkat efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac lebih tinggi daripada vaksin buatan AstraZeneca.

Vaksin Sinovac versi BPOM memiliki tingkat efikasi sebesar 65,3 persen.

Adapun vaksin produksi AstraZeneca memiliki tinkgat efikasi sebesar 62,1 persen versi BPOM.

Dengan demikian, vaksin produksi Sinovac memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi dibandingkan dengan vaksin buatan AstraZeneca.

2. Basis Platform Vaksin

Vaksin AstraZeneca menggunakan vektor adenovirus simpanse sebagai platform awalnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved