Berita Gianyar

Jelang Galungan, Harga Daging Babi di Gianyar Diprediksi di Atas Rp80 Ribu

Hingga saat ini, ketersediaan daging babi di Kabupaten Gianyar masih terbatas, pasca serangan virus yang mengakibatkan ribuan babi mati mendadak.

TRIBUN BALI/ I PUTU SUPARTIKA
Foto ilustrasi - Jelang Galungan, Harga Daging Babi di Gianyar Diprediksi di Atas Rp80 Ribu 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Hingga saat ini, ketersediaan daging babi di Kabupaten Gianyar masih terbatas, pasca serangan virus yang mengakibatkan ribuan babi mati mendadak.

Kondisi tersebut pun diprediksi akan meningkatkan nilai jual babi menjelang Hari Raya Galungan pada pertengahan April 2021 nanti di atas Rp80 ribu per kilogram.

Berdasarkan data dihimpun Tribun Bali, Kamis 25 Maret 2021, saat ini harga daging babi sekitar Rp40 ribu sampai Rp50 ribu per kilogram.

Hal ini karena stok babi di masyarakat relatif sedikit, yakni 87 ekor.

Kecamatan yang mendominasi stok babi di Kabupaten Gianyar saat ini adalah Kecamatan Payangan, Tegalalang dan Tampaksiring.

Baca juga: Berkat Nabung Sampah, Warga Desa Sumerta Kelod Bisa Beli Daging Babi Setiap Galungan

Baca juga: Inspiratif, Dari Nabung Sampah, Masyarakat Sumerta Kelod Denpasar Bisa Mepatung Babi Tiap Galungan

Seorang peternak babi asal Payangan, Dana Wirawan mengatakan, tingginya harga daging babi bukan tanpa sebab.

Selain kelangkaan babi, kata dia, hal ini diperparah dengan harga bibit babi yang relatif mahal, yakni naik lima persen dibandingkan sebelum wabah menyerang.

"Kami peternak berharap harga tetap tinggi seperti saat ini, sehingga biaya pakan dan pokok pembelian bibit tertutupi," ujarnya.

Kabid Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Gianyar, Ngakan Putu Ready membenarkan, populasi babi di Gianyar saat ini berkisar 87.000 ekor.

Jumlah ini konstan tidak mengalami kenaikan, dibanding hari Raya Galungan sebelumnya.

"Populasi saat ini berkisar 87.000 ekor, jumlahnya konstan tidak ada peningkatan. Biasanya jelang Galungan, jumlah babi potong naik sampai lima persen," ujarnya. 

Hal itulah yang menyebabkan harga daging babi menjelang Galungan akan naik di kisaran di atas Rp 80 ribu.

"Harga daging kemungkinan di atas Rp80.000," jelasnya. 

Namun demikian, pihaknya tidak bisa mengeluarkan kebijakan menekan harga daging babi.

"Belum ada mekanisme untuk itu, yang berlaku hukum ekonomi, supply and demand," tandasnya.

Dalam hal ini, pihaknya berharap kepedulian dari para peternak.

"Ini masa pandemi, situasi ekonomi sulit, kami harapkan dijual dengan harga wajar, jangan mencari keuntungan tinggi," harapnya. 

Nabung Sampah Bisa Beli Babi

Bank Sampah Tresna Sari, Desa Sumerta Kelod, Denpasar telah berdiri sejak 2 tahun lalu.

Kini bank sampah ini telah memiliki sebanyak 90 orang nasabah.

Bahkan dalam enam bulan, nasabah bisa memperoleh Rp 1 juta lebih dari sampah.

Perbekel Desa Sumerta Kelod, I Gusti Ketut Anom Suardana menyebutkan nasabah bisa melakukan penarikan tabungan sampah ini setiap enam bulan sekali, tepatnya saat Hari Raya Galungan.

“Intinya, saat Galungan mereka bisa membeli daging babi (mepatung) dari menabung sampah ini,” kata Anom yang diwawancarai Minggu, 21 Maret 2021 siang.

Untuk proses penimbangan sampah ini dilakukan dua kali dalam sebulan.

Masyarakat melakukan pemilahan sampah di rumah masing-masing sebelum dibawa ke kantor desa untuk ditimbang.

Sampah organik digunakan sebagai pupuk, sementara untuk sampah an-organik ini dibawa ke kantor desa untuk ditabung.

Selanjutnya, jumlah timbangan dari sampah plastik tersebut dicatat dalam buku tabungan untuk kemudian dicairkan setiap enam bulan sekali.

Selain dicairkan dalam bentuk uang, poin yang dimiliki oleh nasabah bisa langsung ditukarkan kebutuhan pokok di Bumdes.

“Selain mendatangkan uang, dengan cara ini bisa mencegah demam berdarah, karena kita tahu bahwa bisanya air tergenang di kaleng atau gelas plastik akan menjadi sarang jentik nyamuk,” katanya.

Selanjutnya, saat ini pihaknya juga tengah menggalakkan pemilahan sampah dari hulu.

Pihaknya memulai langkah tersebut dari kantor desa dengan membuat dua buah lubang sampah organik.

Nantinya sampah organik yang dihasilkan di lingkungan desa dimasukkan ke dalam lubang tersebut.

“Enam bulan kemudian kami angkat sampahnya dan kami gunakan sebagai pupuk di lingkungan ini,” katanya.

Pihaknya mengaku sebelum meminta masyarakat melakukan pemilahan sampah, instansi desalah yang memberi contoh.

“Kami berharap semua kantor yang ada di wilayah Desa Sumerta ini mau melakukannya sehinga tak ada sampah ke luar kantor, dengan begitu sedikit demi sedikit kita bisa mengurangi sampah yang masuk ke TPA,” katanya. (*)

Berita lainnya di Berita Gianyar

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved