Serba serbi
Toleransi Beragama, Inspirasi dari Candi Prambanan
Dalam Dharma Santi Nasional Perayaan Nyepi tahun Saka 1943 tahun 2021, koordinator Staf Khusus Presiden RI, Ari Dwipayana, menegaskan pentingnya
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, dalam sambutan secara virtual menyampaikan agar umat Hindu bisa menemukan cahaya teduh diri dan Hindu menjadi lentera dalam menatap masa depan bangsa dan negara.
Nyepi sebuah upaya memberikan jeda sejenak kepada alam untuk kembali menata keseimbangannya.
Sehingga Nyepi diharapkan mampu berkontribusi positif terhadap upaya sungguh-sungguh pemerintah dalam upaya mengatasi pandemi Covid-19.
Adapun Ketua Panitia Perayaan Dharma Shanti Nasional Nyepi tahun 2021, yang juga Dirjen Bimas Hindu, Tri Handoko Seto, melaporkan perayaan Dharma Shanti Nasional Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1943, tahun 2021 dilaksanakan di Yogyakarta, secara luring dan daring.
Dengan tema 'Kolaborasi Dalam Harmoni Menuju Indonesia Maju', dan dihadiri 50 orang undangan tatap muka, 1.000 orang secara virtual zoom meeting, dan lebih dari seribu via youtube.
Tri Handoko Seto menyampaikan, perayaan Dharma Shanti Nasional Nyepi ini, sebagai rangkaian hari raya Nyepi yang dilakukan setiap tahun, di mana perayaan kali ini berlatar belakang Candi Prambanan.
"Keputusan memilih latar belakang Candi Prambanan itu sebagai upaya mengingatkan kita bersama, Candi Prambanan sebagai simbol inspirasi, mengingatkan kita, kalau kita bangsa yang besar, sebagai pesan kepada dunia, kalau kita memiliki mahakarya yang luar biasa besar," ujar Tri.
Sementara itu, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum PH PHDI Pusat menyampaikan, makna hari suci Nyepi adalah sebagai hari toleransi dan intropeksi diri atau hari mawas diri.
Hari suci nyepi bukan untuk mempertentangkan perbedaan yang ada, melainkan merekatkan kita semua dalam perbedaan yang ada.
Dalam acara perayaan Nyepi tahun ini, Gubernur DIY pun hadir secara virtual. Sambutannya dibacakan oleh Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X.
Dalam sambutannya, Gubernur DIY menyampaikan, dalam Tri Hita Karana mengajarkan sradha dan bhakti ke hadapan Tuhan, dengan selalu menjaga keharmonisan dengan sesama manusia dan alam lingkungan di sekitar.
Hal itu agar umat Hindu selalu memegang teguh ajaran wasudewa kutum bhakam yang menekankan arti pentingnya persaudaraan sejati.
"Karena kita semua berasal dari sumber yang sama, yakni Tuhan Yang Maha Esa,"sebutnya.
Sehingga harmonisasi dalam berbagai bidang harus dirajut sebagai fondasi menegakan kembali kehidupan yang sempat luluh lantak akibat pandemi Covid-19. (*)
Artikel lainnya di Serba serbi