Apa Perbedaan Bawati Dan Sulinggih? Berikut Penjelasannya
Sedangkan dari pihak Brahmana (Ida bagus), dan pihak Bhujangga tidak memakai istilah Bawati.
Penulis: AA Seri Kusniarti | Editor: Eviera Paramita Sandi
Ida mengatakan, bahwa rambutnya tidak boleh di gelung atau prucut di atas, tetapi rambutnya di prucut di belakang agak ke bawah (Anyondong).
Sesana yang dilaksanakan masih sesana walaka, tetapi bertahap menuju sesana kesucian, dan belajar pada orang-orang yang nantinya ia pilih sebagai nabe.
Tetapi seorang sulinggih adalah orang yang telah melakukan inisiasi dwijati yaitu lahir dua kali, lahir pertama dari rahim ibunya dan lahir kedua dari nabenya.
"Seorang sulinggih akan dilahirkan melalui tiga nabe, yaitu nabe napak, nabe waktra dan nabe saksi," sebut ida. Melalui prosesi inisiasi padwijatian. Dari sana maka barulah lahir seorang sulinggih.
Walaupun seorang sulinggih sudah lahir, ia harus melakukan dua tahapan lagi yaitu tahapan ngalinggihan Weda atau ngalinggihan puja. Ini tahap ujian oleh seorang nabe apakah sang sulinggih yang baru lahir sudah mahir untuk muput upacara.
Selanjutnya adalah tahapan mapulang lingga.
Yaitu upacara untuk menyucikan antah karana sarira (roh yang paling dalam) agar nantinya bisa menyucikan roh orang lain (ngaskara atma).
"Oleh karena itu sulinggih yang belum melaksanakan upacara mapulang lingga ini, belum berhak atau diperkenankan oleh nabenya untuk muput upacara atiwa-tiwa (pengabenan) dan pengaskaran," sebutnya.
Karena dalam upacara pengabenan ada upacara pengaskaran. Di samping itu sulinggih yang belum mapulang lingga, tidak diperkenankan untuk muput upacara yang memakai sanggar tawang.
"Itulah perbedaan antara bawati dan sulinggih," tegas ida. (*)