Terusan Suez
Update Terusan Suez: Butuh Waktu Tiga Hari untuk Mengurai Antrean 425 Kapal
Namun demikian, dibutuhkan waktu tiga hari untuk mengurai sepenuhnya antrean 425 kapal di Mediterania dan Laut Merah.
TRIBUN-BALI.COM, SUEZ- Krisis Terusan Suez sudah berakhir Senin malam 29 Maret 2021.
Namun demikian, dibutuhkan waktu tiga hari untuk mengurai sepenuhnya antrean 425 kapal di Mediterania dan Laut Merah.
Sementara Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi janjikan investasi baru untuk menghindari kejadian serupa yang melanda kapal Ever Given.
Janji presiden itu disampaikan sehari setelah kapal kontainer raksasa MV Ever Given mengapung kembali, Selasa 30/ Maret 2021.
Baca juga: Kekuatan Alam Berperan Mengapungkan Kembali Kapal Ever Given di Terusan Suez
Baca juga: Krisis Suez Berakhir, Massa Bersorak Girang Saat Kapal Ever Given Mengapung Lagi
Kapal berbendera Panama Ever Given pada 23 Maret 2021 menabrak tepi timur jalur pelayaran sempit penghubung Laut Mediterania dan Laut Merah itu.
Kapal raksasa lalu terjepit secara diagonal sehingga menyumbat arus pelayaran di Terusan Suez selama seminggu.
"Kami akan menyediakan semua peralatan yang diperlukan untuk kanal untuk menghindari insiden serupa,” kata Sisi selama kunjungan ke Ismailia, rumah bagi Otoritas Terusan Suez atau SCA.
Dia tidak merinci peralatan apa yang akan dibeli. Tetapi dalam komentar terpisah kepada awak media, Kepala SCA Osama Rabie menyebut perlunya tambahan kapal keruk dan kapal tunda baru.
Otoritas Mesir mengklaim pembebasan kapal raksasa itu menjadi pembuktian atas kemampuan teknik dan penyelamatan negara itu.

Lalu lintas di kanal untuk sekitar 12 persen perdagangan dunia itu mulai bergerak lagi pada Senin malam 29 Maret 2021.
Total kapal yang terjebak di lintasan akibat insiden itu sebanyak 425 kapal di sisi utara ( Mediterania) dan selatan ( Laut Merah).
Baca juga: Krisis Terusan Suez Sudah Berakhir
Pada Selasa pagi 30 Maret 2021, situs pelacakan maritim menunjukkan kapal dengan kapasitas hingga 200.000 ton, ukuran yang mirip dengan Ever Given, telah berlayar melalui jalur air yang sempit itu.
Akan tetapi masih sangat banyak kapal kargo terlihat menunggu di dua pintu masuknya, di Mediterania dan Laut Merah.
SCA mengatakan akan memakan waktu lebih dari tiga hari untuk menghilangkan antrean di kedua pintu jalur.
Perusahaan data maritim Lloyd's List mengatakan, pemblokiran itu telah menahan kargo sekitar 9,6 miliar dolar AS atau Rp 139,6 triliun setiap hari antara Asia dan Eropa.
Opsi pelebaran
Penyumbatan yang berlangsung hampir seminggu, telah membuat Mesir menghadapi pengawasan atas bagaimana menghindari krisis serupa lainnya.
Tetapi Presiden Mesir dan SCA dengan cepat mengesampingkan isu pelebaran terusan suez bagian selatan, tempat penyumbatan terjadi. “Secara ekonomis tidak akan berguna,” ujarnya.

Mesir menghabiskan lebih dari 8 miliar dollar AS (Rp 116,3 triliun) untuk memperluas segmen dan membuat jalur kedua di jalur utara terusan suez pada 2014-2015.
Sementara Profesor Jean-Marie Miossec, seorang ahli transportasi maritim di Universitas Paul-Valery Perancis di Montpellier menilai kebijakan yang lebih bijaksana pembatasan kapal.
"Lebih bijaksana ... untuk hanya mengizinkan (perjalanan) dengan kapal berukuran kecil dan menengah pada malam hari. Membatasi kapal tanker minyak dan kapal besar lainnya hingga siang hari,” kata dia melansir AFP pada Selasa 30 Maret 2021.
Kapal raksasa berbendera Panama yang dioperasikan oleh Perusahaan Taiwan Evergreen Marine Corporation terdampar setelah kandas di tepi timur jalur air dalam badai pasir.
Pembebasannya dibantu oleh kapal tunda, kapal itu telah bergeser dari jalur kapal lain dan berlabuh Senin malam lalu.
"Pemilik dan operator ... kapal dan beberapa pihak berkepentingan lainnya akan terlibat dalam penyelidikan itu,” kata Angus Blair dari Universitas Amerika di Kairo, kepada AFP.
Operasi pembebasan kapal membutuhkan lebih dari 10 kapal tunda, serta kapal keruk.
Antara 180 dan 200 orang bekerja tanpa lelah 24 jam sehari di lokasi menurut seorang pejabat kanal kepada AFP tanpa menyebut nama.
Tanggung jawab perbaikan Ahmed Abbas, seorang karyawan Terusan Suez, membagikan rekaman langsung dari tempat kejadian di akun Facebook-nya saat kapal itu diapungkan kembali.
Mereka berseru: "Alhamdulillah, kapal akhirnya keluar! Bagus sekali untuk anak-anak SCA!"
Menurutnya hingga 2.000 pekerja dikerahkan untuk memberikan layanan tambahan.
“Faktor yang menentukan adalah kita menggali lebih dalam di bawah haluan kapal dan melebar hingga membentuk genangan air di bawahnya pada kedalaman sekitar 12 meter,” ungkapnya.
Di tempat lain, tim penyelamat menggali hingga 18 meter. Mesir kehilangan pendapatan antara 12-15 juta dolar AS atau setara Rp 174,5-218,1 miliar untuk setiap hari jalur air ditutup, menurut angka SCA dengan sedikit direvisi.

Otoritas Mesir berusaha memulihkan sebagian dari kerugiannya, termasuk untuk biaya kerusakan kanal yang ditimbulkan oleh upaya penyelamatan yang intensif.
"Proses pengadilan kemungkinan akan terjadi untuk menentukan tanggung jawab hukum atas Ever Given yang memblokir kanal," kata Marcos Alvarez dari lembaga pemeringkat kredit DBS Morning Star.
"Indikasinya adalah bahwa mitra yang bertanggung jawab akan mencakup pemilik kapal, operatornya, dan Otoritas Terusan Suez, yang termasuk nakhoda lokal sebagai pemandu kapal melalui kanal."
Krisis tersebut memaksa perusahaan pelayaran untuk memilih antara menunggu atau mengubah rute kapal di sekitar ujung selatan Afrika.
Opsi kedua untuk memutar akan menambah 9.000 kilometer (5.500 mil) perjalanan, dan lebih dari seminggu perjalanan untuk perjalanan antara Asia dan Eropa. Baca berikutnya
Berita terkait Terusan Suez
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com berjudul Mesir Enggan Lakukan Pelebaran Jalur Terusan Suez