Tanggapi Kritik Desain Istana Negara Baru, Nyoman Nuarta: Arsitek Bikin Patung Kalau Bisa Ya Boleh

Tanggapi Kritik Desain Istana Negara Baru, Nyoman Nuarta: Arsitek Bikin Patung Kalau Bisa Ya Boleh

Penulis: Ragil Armando | Editor: Widyartha Suryawan
Dok. Istimewa
Tanggapi Kritik Desain Istana Negara Baru, Nyoman Nuarta: Arsitek Bikin Patung Kalau Bisa Ya Boleh 

Padahal saya sudah mendirikan biro arsitek itu tahun 75, saya masih sekolah saat itu. Nggak mungkin ngerjakan sendiri, tapi basic ide dari saya. Jadi saya sudah biasa, jadi sama seperti GWK, saya arsiteknya, saya pematungnya, dan yang ngerjakan detailnya tentu ahli-ahlinya," tutur Nuarta.

Bantah Tidak Ramah Lingkungan
Selain menanggapi kritik atas kapasitas Nuarta yang disebut sebagai bukan arsitek profesional, ia juga membantah tudingan bahwa bangunan yang dirancangnya tidak ramah lingkungan.

Menurut Nuarta, gedung yang dia rancang justru bakal ramah lingkungan yang berbeda dengan gedung-gedung di Jakarta dimana matahari langsung menerpa kaca, sehingga ruangan menjadi gerah dan panas, karena radiasi.

Ia pun memperhitungkan letak geografis Kalimantan yang dekat dengan equator. Sehingga nantinya gedung-gedung yang dibangun di sana akan dibikin nyaman dengan pilihan material yang terbaik.

"Saya diserang dibilang membangun gedung yang tidak ramah lingkungan. Saya juga bingung, dia belum tahu dan nggak nanya saya sudah bilang begitu," ujar Nuarta

Untuk diketahui, Istana Negara baru di Kalimantan nantinya memiliki luas 4 hektare dengan rencana 9 lantai.

Bangunan Istana Negara baru tersebut hanyalah bangunan inti dari seluruh kawasan seluas 32 hektare.

Berdasarkan rancangan, dalam kawasan tersebut nantinya bakal terdapat Plaza Nusantara seluas 10 hektare, yang akan meliputi area rekreasi, area duduk outdoor, jogging trek, jalur pejalan kaki, serta jalur buggy.

"Dalam tubuh patung Garuda, presiden akan berkantor, ditambah dengan unsur-unsur pendukung seperti sekretariat negara, sekretaris kabinet, dan kantor staf presiden. Inilah perpaduan antara unsur-unsur estetika dan desain," ujar Nuarta mantap.

Baca juga: Desain Istana Negara Gagasan Nyoman Nuarta Tuai Kritik, Dianggap Pematung Bukan Arsitek Profesional

Tangkapan layar gambar desain burung garuda untuk Istana Negara baru di Kalimantan Timur karya dari Nyoman Nuarta.
Tangkapan layar gambar desain burung garuda untuk Istana Negara baru di Kalimantan Timur karya dari Nyoman Nuarta. (Istimewa)

Seperti diberitakan sebelumnya, desain yang ditawarkan Nyoman Nuarta tersebut mendapat kritik dari lima asosiasi profesional dan memberikan rekomendasinya atas karya desain metafora burung garuda tersebut.

Kelima asosiasi profesional itu adalah Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia (IARKI), Ikatan Arsitek Landskap Indonesia (IALI), Ikatan Ahli Perancangan Wilayah dan Kota (IAP), dan Green Building Council Indonesia (GBCI).

Menurut Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) I Ketut Rana Wiarcha, bangunan istana negara yang berbentuk burung garuda atau burung yang menyerupai garuda merupakan simbol yang di bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital.

"Sangat tidak mencerminkan kemajuan peradaban bangsa, terutama di era digital, dan era bangunan emisi rendah dan pasca-Covid-19 (new normal)," kata Rana dalam pernyataan sikap seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (28/3/2021).

Sikap serupa dinyatakan Anggota Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBCI) Prasetyoadi.

Menurut Tiyok, sapaan akrabnya, desain istana negara berbentuk burung garuda tidak fungsional.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved