Lebih dari 60 Orang Tewas Akibat Bencana di NTT, Puluhan Orang Masih Hilang, Evakuasi Terkendala
Lebih dari 60 Orang Tewas Akibat Bencana di NTT, Puluhan Orang Masih Hilang, Evakuasi Terkendala
TRIBUN-BALI.COM, LARANTUKA - Bencana di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) akibat cuaca ekstrem empat hari terakhir merenggut korban jiwa lebih dari 60 orang.
Mereka umumnya meninggal dunia dilanda banjir dan tanah longsor.
Sampai Minggu malam (4/4/2021), dilaporkan sebanyak 44 orang meninggal dunia di Adonara, Kabupaten Flores Timur dan 14 orang lainnya di Ile Ape, Kabupaten Lembata.
Sementara itu masih puluhan orang yang hilang.
Bencana banjir dan tanah longsor melanda warga Desa Nelelamadike, Kecamatan Ileboleng, Flores Timur.
Musibah itu terjadi pada Minggu dini hari, (4/4/2021). Di Lembata korban tewas dan luka-luka dilanda banjir lahar dingin dari Ile Apa.
Baca juga: Besok Kepala BNPB Doni Monardo ke Flores Timur, Puluhan Orang Tewas karena Banjir Bandang
Informasi dari BPBD Flores Timur, 44 warga meninggal dunia dan tujuh lainnya dinyatakan hilang dan masih dalam pencarian.
Desa Lamanele, Kecamatan Ile Boleng, 38 orang meninggal dunia (total korban meninggal belum bisa dipastikan masih tertimbun lumpur), 5 orang luka-luka, 9 KK/20 jiwa terdampak.
Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, 3 orang meninggal dunia, 4 orang luka-luka sudah dirujuk ke puskesmas, 7 orang hilang dan korban luka-luka masih dalam pendataan.
Desa Oyang Barang, Kecamatan Wotan Ulumado, 3 orang meninggal dunia, 40 KK terdampak, korban luka-luka masih didata.
Kerugian material sementara puluhan rumah warga tertimbun lumpur di Desa Lamanele, pemukiman warga sekitar hanyut terbawa banjir dan jembatan putus di Desa Waiburak Kecamatan Adonara Timur.
Sulit Lakukan Evakuasi
Bupati Flores Timur, Anton Hadjon, Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli bersama BPBD dan TNI/POLRI dan instansi terkait sudah turun ke lokasi guna membangun posko penanganan darurat.
“Masih ada korban yang tertimbun," ujar Agustinus Boli.
Hingga saat ini petugas gabungan, relawan, dan lainnya masih di lapangan untuk melakukan evakuasi.
Kepala Desa Nelelamadike Pius Pedang Melai mengatakan, evakuasi untuk mencari korbannya yang tertimbun longsor sulit dilakukan.