Salah Kaprah Sugihan Jawa Hanya Dirayakan oleh Orang Bali Keturunan Majapahit, Begini Penjelasannya

Salah Kaprah Sugihan Jawa Hanya Dirayakan oleh Orang Bali Keturunan Majapahit, Begini Penjelasannya

Penulis: Putu Supartika | Editor: Widyartha Suryawan
Tribun Bali/Rizal Fanany
Ilustrasi - Salah Kaprah Sugihan Jawa Hanya Dirayakan oleh Orang Bali Keturunan Majapahit, Begini Penjelasannya 

Rerebu atau marerebon ini bertujuan untuk menetralisir kekuatan negatif yang ada pada alam semesta atau Bhuana Agung.

Untuk persembahannya lebih lanjut dikatakan:

Pakreti nikang wwang, sasayut mwang tutwang, pangarad kasukan ngaranya. 

Artinya:

Sesajennya yaitu sesayut tutwan atau pangarad kasukan.

Sementara itu, Jero Mangku Ketut Maliarsa asal Bon Dalem menjelaskan bahwa kedua hari suci ini (Sugihan Jawa dan Sugihan Bali) jangan disahlahartikan.

Misalnya Sugihan Jawa adalah hari suci umat Hindu yang berasal dari Jawa. Sugihan Bali adalah hari sucinya umat Hindu asli Bali.

"Hal ini dulu salah kaprah, sedangkan yang benar bahwa kedua hari suci Sugihan ini harus dilaksanakan oleh umat Hindu dimanapun, karena berkaitan dengan dualita dalam kehidupan umat manusia, yaitu makrokosmos dan mikrokosmos.

"Berkaitan dengan itu, landasan pemikiran kita sebagai umat Hindu di Bali harus sudah berubah karena eksistensi kedua alam ini tidak dapat dipisahkan atau dilepaskan dalam kehidupan sebagai umat manusia," tegasnya.

Kesimpulannya, hari Suci Sugihan Jawa dan Sugihan Bali adalah wujud umat Hindu untuk pembersihan bhuwana agung dan bhuana alit.

Kedua hari suci ini diharapkan mampu membawa keseimbangan alam semesta dan alam manusia.

Dengan keseimbangan itulah, puncaknya pada Hari Raya Galungan umat Hinda merayakan kemenangan dharma melawan adharma. (sup/ask)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved