Berita Karangasem

Kisah Tiga Bocah Miskin Muntigunung Karangasem, Ketut Pait Bocah Yatim Piatu yang Berprestasi

Bocah yatim piatu ini belajar di SD Fillial yang jaraknya 1 km dari rumah yang ditempuh dengan jalan kaki bersama rekannya.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
FB Komunitas Peduli Bali
Ketut Pait bersama adiknya saat makan disekitar rumahnya. Bocah yatim piatu ini hidup serba kekurangan - Kisah Tiga Bocah Miskin Muntigunung Karangasem, Ketut Pait Bocah Yatim Piatu yang Berprestasi 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Ketut Pait (13), anak yatim piatu dan miskin itu adalah anak berprestasi.

Sering mendapat peringkat pertama di kelasnya.

Bocah asal Banjar Muntigunung Tengah, Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali itu kini duduk di bangku kelas III.

Bocah yatim piatu ini belajar di SD Fillial yang jaraknya 1 km dari rumah yang ditempuh dengan jalan kaki bersama rekannya.

Baca juga: Kisah Tiga Bocah Miskin Muntigunung Karangasem, Desi Berjualan ke Batubulan Lima Hari Sekali

Baca juga: Kisah Heni Fitriyani, Penjual Gorengan di Canggu Bali yang Viral Setelah Beri Makan Anjing

Baca juga: Kisah Nyata: Wanita Ini Kaget Saat Tahu Istri Anaknya Ternyata Putrinya Sendiri

Anak ketiga pasangn Wayan Sri Alih dan Ni Ketut Sri Alih itu adalah anak berprestasi.

Prestasi didapatkan karena motivasi orangtuanya sebelum meninggal dan kakaknya, Ni Komang Desi.

Sehingga semangatnya belajar hingga kini tertanam.

"Ingat pesan almarhum orangtua. Saya harus rajin belajar. Kekurangan jangan dijadikan alasan untuk malas-malasan. Harus rajin, giat, serta bisa membanggakan orangtua (berprestasi). Pesan ini saya ingat," kata Ketut Pait dengan bahasa Bali.

Pesan itu membuat Ketut Pait semangat belajar.

Menyempatkan waktu mengulang ilmu yang didapatkan di sekolah.

"Setelah pulang sekolah langsung mencari rumput. Selesai memberi pakan ternak harus menyempatkan belajar beberapa menit. Setelah itu baru bersih-bersih rumah," kata Ketut Pait.

Bocah yang bercita-cita meenjadi polisi memiliki keinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Ia pun berharap ada donatur yang bersedia menanggung semua biaya pendidikannya, dan adiknya yang belum sekolah.

Sehingga apa yang menjadi cita-citanya bisa menjadi kenyataan.

Sepupu Pait, Gede Andi, juga mengutarakan hal sama.

Pait merupakan anak pintar serta berprestasi.

Andi berharap ada donatur bantu membiayai pendidikan dan adiknya yang rencananya masuk tahun 2021.

Menurutnya, beberapa waktu lalu sempat pengurus panti asuhan akan mengambil, serta mengasuh Pait dan Dika.

"Kepercayaan di Muntigunung, seandainya si anaknya tinggal terpisah, khawatir orangtuanya (arwah) datang ke rumah. Menanyakan kondisi anaknya," jelas Gede Andi.

Dari komunitas berencana menunggung biaya pendidikan Pait serta adiknya.

Semoga rencana ini bisa terealisasi.

Dukungan muncul dari Ni Komang Desi (16), kakak Ketut Pait.

Desi tak ingin adiknya bernasib sama.

Menjadi pedagang yang tidak bisa mengeja huruf.

Desi hanya bisa berhitung, menambahkan, dan mengurangi.

Ilmu itu pun didapatnya secara autodidak di saat berjualan di jalanan.

"Keinginan sekolah ada, cuma kondisi yang membuat seperti ini. Waktu seharinya saya habiskan untuk membantu orangtua. Setelah kedua orangtua meninggal saya menjadi tulang punggung. Memenuhi kebutuhan kedua adik," kata Komang Desi.

Kepala Dusun Muntigunung Tengah, Made Merta, mengatakan, tiga bocah ini merupakan anak yatim piatu dan termasuk keluarga miskin.

Mengandalkan pemberian keluarga dan tetangga.

Bantuan dari pemerintah sudah ada, tapi tidak cukup untuk menuhi kebutuhan sehari-harinya.

Pihaknya berharap ada bantuan dari pemerintah daerah dan donatur agar yang bersangkutan bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.

Apalagi Wayan Dika memiliki keinginan bersekolah.

"Saya berharap ada orangtua asuh, sehingga dia bisa sekolah," tambah Made Merta.

Untuk Komang Desi kita minta mengikuti Kejar (Kelompok Belajar) Paket A hingga C.

Minimal dia bisa membaca serta menulis seperti orang pada umumnya.

Mengingat usianya Ni Komang Desi masih 16 tahun.

Pihak desa menyatakan siap memfasilitasi jika Desi ingin ikut Kejar Paket A hingga C.

Diberitakan sebelumnya, 3 bocah yatim piatu ini merupakan keluarga tak mampu, dan harus menjadi perhatian.

Dari pemerintah daerah sudah memberikan bantuan berupa Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai, BPJS Kesehatn gratis, serta bantuan bedah rumah.

"Tetapi bantuan ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Syukurnya, ada bantuan dari komunitas yang memberikan bahan pokok, mie, memperbaiki atap rumah yang bocor, serta memberikan bantuan yang lainnya," kata Made Merta.

Untuk makan setiap hari, mereka mengandalkan pemberian keluarga dan tetangga.

Seandainya tidak punya makanan, maka mereka makan seadanya.

Biasanya mereka makan hanya menu sambal bawang.

"Tiga bocah ini masuk KK miskin, tetap memerlukan bantuan," kata Made Merta.

(Saiful Rohim)

Kumpulan Artikel Karangasem

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved