Berita Denpasar

Tradisi Macandu Saat Umanis Galungan di Banjar Dualang Denpasar, Saling Ledek dengan Sebutan ‘Kiul’

Sekitar pukul 04.00 Wita, anak-anak, remaja hingga orang tua di wilayah Banjar Dualang, Desa Peguyangan Kaja berkeliling

Foto Kelian Banjar Dualang, I Made Mertajiwa
Pelaksanaan tradisi Macandu di Banjar Dualang, Peguyangan Kaja, Denpasar, Kamis 15 April 2021 - Tradisi Macandu Saat Umanis Galungan di Banjar Dualang Denpasar, Saling Ledek dengan Sebutan ‘Kiul’ 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sekitar pukul 04.00 Wita, anak-anak, remaja hingga orang tua di wilayah Banjar Dualang, Desa Peguyangan Kaja, Denpasar, Bali, berkeliling banjar.

Mereka mengelilingi banjar sebanyak empat kali dengan membawa aneka benda yang bisa menghasilkan suara.

Semisal kaleng, cengceng, tawa-tawa, ponggang, maupun alat lain yang bisa mengeluarkan suara saat dipukul.

Mereka membangunkan setiap warga yang belum terbangun.

Baca juga: Volume Sampah di Karangasem Meningkat hingga 50 Persen Sejak 5 Hari Sebelum Galungan

Baca juga: Umanis Galungan, Kunjungan Wisatawan di Objek Wisata Sangeh Badung Alami Peningkatan

Baca juga: Manis Galungan, Satpol PP Badung Turunkan 90 Personel Lakukan Penjagaan di Tempat Wisata

Dalam perjalanan keliling banjar peserta juga sambil bercanda serta saling ledek.

Dan jika ada yang belum bangun maka akan diteriaki “kiul” (nakal) agar mereka bangun.

Kegiatan ini berlangsung dengan penuh suka cita dalam merayakan hari kemenangan dharma melawan adharma.

Kelian Banjar Dualang, I Made Mertajiwa mengatakan tradisi ini bernama Macandu yang digelar setiap enam bulan sekali tepatnya pada Umanis Galungan yang saat ini jatuh pada Kamis 15 April 2021.

Istilah macandu berasal dari kata macanda, yang kemudian disebut dengan macandu.

Seusai berkeliling banjar, para peserta kemudian menuju ke Tukad Rarangan yang berada di timur banjar dekat dengan Pura Desa.

Di sana mereka mandi dengan tujuan untuk membersihkan diri.

“Prosesinya diawali dengan keliling desa membawa alat-alat yang bisa menghasilkan bunyi untuk membangunkan warga. Setelah itu mereka membersihkan diri ke Tukad Rarangan dan ini diistilahkan dengan tradisi macandu,” katanya saat dihubungi Kamis 15 April 2021.

Biasanya warga akan mulai datang ke Tukad Rarangan sekitar pukul 05.30 Wita.

Mertajiwa mengatakan, tradisi ini telah digelar secara turun-temurun setiap enam bulan sekali.

“Sejarahnya yang pasti belum ada, tapi dituturkan secara turun-temurun. Saat Galungan kan ada istilahnya natab banten Galungan, dan perlu juga membersihkan diri sehingga dilakukanlah tradisi macandu ini,” katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved