Cerita Perawat Ambulans RSUP Sanglah, 11 Tahun Antar-Jemput, Sedih Lihat Pasien Tanpa Keluarga

Sudah bekerja sebagai perawat ambulans RSUP Sanglah sejak tahun 2010, Hendra sudah biasa menjemput atau mengantarkan pasien

Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Eviera Paramita Sandi
Tribun Bali / Ni Luh Putu Wahyuni Sari
I Made Hendra Wirawan ketika sedang membersihkan ambulance RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Rabu 21 April 2021 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Berprofesi sebagai tenaga Kesehatan memang merupakan pekerjaan yang sangat mulia.

Selain dituntut untuk berhati-hati ketika menangani pasien, tenaga Kesehatan juga harus dapat menjaga kesehatannya terutama pada kondisi pandemic Covid-19 ini.

Tenaga Kesehatan pada dasarnya yang memang melakukan kontak erat dengan pasien-pasien, tak terkecuali pada pasien Covid-19.

Salah satunya adalah, I Made Hendra Wirawan.

Hendra yang selaku Penanggung Jawab Ambulans di RSUP Sanglah Denpasar, ternyata juga sebagai perawat dalam ambulans tempatnya mengantarkan ataupun menjemput pasien.

Sudah bekerja sebagai perawat ambulans RSUP Sanglah sejak tahun 2010, Hendra sudah biasa menjemput atau mengantarkan pasien-pasien dari rumahnya ke Rumah Sakit ataupun sebaliknya.

Selain mengantarkan atau menjemput pasien, ia bersama tim ambulans lainnya juga sempat menjadi Tim KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) untuk kegiatan vaksinasi Covid-19 beberapa hari yang lalu di salah satu Hotel.

”Saya perawat bekerja sebagai perawat khusus ambulans dari 2010.di RSUP Sanglah. Memang bekerja di ambulans saja. Kalau di ambulans biasanya melakukan penjemputan pada pasien ke rumah. Biasanya keluarga pasien menelfon kita ke operator dan langsung disambungkan ke kita. Seandainya pasien tidak bisa bangun atau bagaimana kita jemput ke rumah dan begitu sebaliknya ada pasien yang sudah selesai dirawat di rumah sakit tidak bisa duduk di mobil biasanya kita antarkan pulang dengan mobil ambulans. Selain itu karena sedang pandemic covid-19, kita juga sempat menjadi tim KIPI, untuk tindakan vaksin. Seperti kemarin Dinas Kesehatan meminta untuk berjaga jika ada Tindakan KIPI pada kegiatan vaksinasi di Hotel,” ungkapnya pada, Rabu 21 April 2021.

Sebelum menjadi perawat ambulans, ia juga sempat bertugas menjadi perawat diruangan Nusa Indah selama satu tahun.

Dan menjadi perawat dalam ambulance terkadang membuat tugasnya bertambah seperti ikut serta mengantarkan pasien hingga keluar Pulau Bali.

Dan menurutnya, di sanalah suka duka yang ia rasakan ketika mengantarkan pasien hingga keluar Pulau Bali.

Menurutnya ada perasaan yang sangat sedih ketika mengantarkan pasien-pasien tersebut karena pasien-pasien tersebut biasanya jauh dari keluarga sehingga benar-benar tim medis yang merawatnya.

Selain itu, ayah dari dua anak ini mengatakan halangannya pada saat melakukan profesi sebagai perawat ambulans adalah ketika jalanan sedang macet dan pasien benar-benar dalam kondisi darurat.

Disanalah menurutnya terdapat sebuah tantangan bagaimana caranya menyelamatkan pasien ditengah kemacetan jalanan Kota Denpasar.

Selain itu,tak jarang ia juga sering mendapatkan kisah-kisah pasien yang membuatnya terenyuh,

“Sering dapat pasien yang membuat terenyuh. Misalkan kondisi dirumah pasien seperti apa, mereka udah sakit dan tidak ada keluarga yang mendampingi itu mungkin yang buat sedih. Dan ada aja kejadian seperti ini,” katanya.

Pria yang berasal dari Tabanan ini, biasanya bekerja dengan waktu shift pagi yang dimulai dari pukul 07.00 hingga 16.00 Wita.

Dan untuk mengefisiensi waktu, pihaknya juga bekerjsama dengan BPBD Provinsi Bali untuk melakukan penjemputan pasien yang ada di pelosok daerah.

Tugasnya pun juga bertambah jika nantinya ada tamu negara yang datang.

Tamu negara tersebut contohnya seperti Presiden dan Wakil Presiden.

Dan ketika tamu negara tersebut datang, ia dan tim ambulans lainnya melakukan persiapan-persiapan seperti melakukan pengecekan fasilitas ataupun obat-obatan pada ambulans, dan ketika semua sudah dipersiapkan ia dan tim ambulans lainnya akan mengikuti iring-iringan rombongan tamu negara tersebut.

Menggeluti pekerjaan yang berisiko ditengah pandemi, tak jarang membuat keluarganya menjadi khawatir.

Namun diakuinya, istri serta anak-anaknya mendukung profesinya.

Terlebih ia juga sudah menerapkan 3M (Memakai masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga jarak) ketika bekerja.

“Istri dan anak-anak mendukung karena melakukan 3 M dan sebelum pulang biasanya saya ganti baju dulu, lalu mandi dan baru kontak dengan anak. Dan ketika bekerja juga menggunakan APD yang lengkap,” tutup, pria yang berumur 34 Tahun tersebut. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved