Kapal Selam Tenggelam
Kapal Selam AS Ngebut dan Tabrak Gunung Bawah Laut
Peristiwa itu terjadi pada 8 Januari 2005 di perairan bawah laut di Kepulauan Mariana, yang berjarak sekitar 560 kilometer dari selatan Guam.
TRIBUN-BALI.COM - Kecelakaan kapal selam ternyata bisa juga akibat keteledoran.
Karena keteledoran itu, kapal selam milik Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS), yakni USS San Francisco, berjalan dengan kecepatan yang ugal-ugalan.
Kapal selam dari kelas Los Angeles itu ngebut lantaran ingin buru-buru sampai ke tempat tujuannya.
Laju kapal selam yang terlalu cepat pun membuat sonar pasif jadi tidak berfungsi efektif. Akibatnya, USS San Francisco menabrak gunung bawah laut, menyebabkan kerusakan parah dan membuatnya nyaris tenggelam pada tahun 2005 lalu.
Baca juga: Kapal Selam K-8 Bermasalah di Kedalaman 120 Meter, Awaknya Sempat Keluar dan Kemudian Masuk Lagi
Baca juga: Kapal Selam Mini Ini Bisa Menempel ke KRI Nanggala 402 dan Lakukan Evakuasi
Peristiwa itu terjadi pada 8 Januari 2005 di perairan bawah laut di Kepulauan Mariana, yang berjarak sekitar 560 kilometer dari selatan Guam --tempat dimana pangkalan militer AS berlokasi.
Saat itu, USS San Francisco hendak menuju ke Australia.
Masih “beruntung”, upaya penyelamatan berjalan dengan sigap, sehingga hanya ada satu korban jiwa dalam insiden itu.
Namun demikian, sebagian besar awak kapal mengalami luka parah.
Mengutip businessinsider.com edisi 16 November 2019, lepas tengah hari pada 8 Januari 2005 itu, USS San Francisco sedang bergerak dengan kecepatan maksimumnya, berkisar antara 20-25 mil per jam (sekitar 32-40 kilometer per jam).
Kapal itu hendak berlayar ke Australia.
Untuk standar kecepatan kendaraan bermotor di darat, menurut businessinsider.com, kecepatan kapal selam itu tentu tergolong pelan.
Namun untuk standar kapal selam apalagi dengan bobot lebih 6.000 ton dan bertenaga nuklir, kecepatan setinggi itu saat menabrak gunung bawah laut menyebabkan kerusakan parah pada kapal selam tersebut.
Kecelakaan tersebut membuat kapal selam akhirnya di-grounded. Akibat tabrakan, tangki pemberat dan kubah sonarnya mengalami kerusakan yang signifikan.
Dengan total sebanyak 130 awak kapal, yang 12 diantaranya perwira, kecelakaan bawah laut itu menyebabkan 98 orang terluka dan 80 orang diantaranya mengalami luka parah atau perdarahan hebat.
Seorang awak kapal, Masinis Kelas Dua berusia 24 tahun, yakni Joseph Allen Ashley, akhirnya meninggal dunia karena luka parahnya.

Penyelamatan Dramatis
Investigasi yang dilakukan AL Amerika Serikat (US Navy) menemukan bahwa awak kapal tidak menggunakan peta grafik paling mutakhir untuk merencanakan jalur perjalanan mereka.
Jika menggunakan peta grafik terbaru, gunung laut itu jelas terlihat, dan seharusnya komandan kapal selam menggunakan peta terbaru.
Meskipun demikian, peta yang digunakannya saat itu sebetulnya sudah mencatat adanya "air yang berubah warna", yang menunjukkan adanya gunung laut.
Memang ketika beroperasi secara siluman (secara rahasia), kapal selam AL AS tidak menggunakan sonar aktif.
Akan tetapi, dalam kasus USS San Francisco, saat itu ia melaju terlalu kencang sehingga membuat sonar pasif-nya tidak berfungsi efektif.
Baca juga: Kapal Selam Yang Hilang Misterius, Ditemukan Setelah 77 Tahun
Baca juga: Ini Kisah Mistis Laut Bali Utara, Kawasan Tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala 402
Aksi penyelamatan kapal selam tersebut berjalan dramatis.
Seorang awak kapal yang berhasil menarik "sakelar ayam" (sejenis sakelar darurat, yang membuat kapal selam segera muncul ke permukaan laut) melakukan tindakan itu dalam kondisi kedua lengannya patah.
Setelah sakelar ditarik, tangki pemberat kapal selam seharusnya terisi dengan udara bertekanan tinggi, sehingga membuat kapal selam tersebut secara positif mengapung (karena bobotnya menjadi ringan) dan muncul di atas permukaan air.
Akan tetapi, saat itu USS San Francisco tidak secepatnya muncul di atas permukaan air. Padahal, dalam kecelakaan bawah laut, salah-satu “musuh” utama adalah waktu.
Akhirnya, setelah sekitar 60 detik, kapal selam itu baru benar-benar muncul di permukaan.
Kemudian, teknisi kapal dapat memasang mesin diesel tambahan, dan USS San Francisco berhasil kembali ke Guam untuk mendapatkan perbaikan sementara sebelum dibawa ke Pearl Harbor, Hawaii, untuk perbaikan menyeluruh.
Komandan kapal selam, yakni Kapten Laut Kevin Mooney, dibebastugaskan akibat insiden tersebut. Sedangkan enam pelaut anak buahnya mendapatkan surat peringatan.
Selain dibebastugaskan, Kevin Mooney juga mendapatkan sanksi penurunan pangkat.
Enam anak buahnya yang dianggap ikut bersalah atas insiden juga mendapatkan penurunan pangkat.
Sedangkan para kru lainnya, atas respons cepat mereka untuk mengatasi masalah akibat kecelakaan dalam kondisi sebagian besar dari mereka terluka parah, mendapatkan medali kenaikan pangkat.
USS San Francisco sekarang menjadi kapal pelatihan untuk sekolah teknik nuklir Angkatan Laut AS di Charleston, Carolina Selatan.(*)
Terkait Kapal Selam