Berita Denpasar
Tradisi Ngerebong di Kesiman Denpasar Digelar 1 Jam Lebih Awal, Puluhan Orang Kerauhan
Tradisi ngerebong di Pura Pura Petilan Pengerebongan, Kesiman, Denpasar, Bali, berjalan lancar, Minggu 2 Mei 2021.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Dengan kejadian tersebut, prajuru Desa Adat Kesiman langsung melakukan rapat.
“Dari hasil rapat tersebut memutuskan bahwa pangrebongan akan dilaksanakan seperti biasa namun dengan memperhatikan protokol kesehatan ketat,” katanya.
Wisna menambahkan, sebelum prosesi upacara dimulai biasanya dilakukan patirtan dengan membawa langsung pratima ke Pura Musen.
Namun saat ini hanya dilakukan nuur tirta oleh pemangku tanpa membawa pratima.
Setelah itu tirta akan dipercikkan ke pratima yang ditempatkan di Pura Petilan Pengerebongan.
Untuk proses persembahyangan telah digelar sejak pukul 08.00 Wita secara bergiliran.
Setelah itu, baru akan dilakukan Ngerebong dengan rangkaian Ngurek dan Ngider Bhuana.
“Sekarang prosesinya dikhususkan setelah sembahyang agar tidak berkerumun. Jadi, yang sudah selesai sembahyang bisa berkumpul di wantilan sambil menonton ngerebongnya,” katanya.
Budayawan yang juga tetua Desa Adat Kesiman, I Gede Anom Ranuara mengatakan Ngerebong pada intinya merupakan sebuah peringatan suksesnya atau kejayaan raja-raja pada zamannya yang dikemas dengan sistem religi untuk memperkuat dan mengeksistensi keberhasilan raja saat itu.
“Karena dilihat dari Pura Petilan ini adalah center upacara tempat upacara besar di Kesiman. Ini ritual atau pengilen atau prosesi dari sejarah kejayaan itu. Di mana Raja Kesiman sempat melaksanakan ekspansi ke Sasak, Lombok,” katanya.
Ekspansi tersebut dilakukan dengan tiga tahap yakni penyerangan, penggempuran, dan keberhasilan.
Untuk keberhasilan penggempuran ada beberapa ritual di Pura Uluwatu yang dilakukan raja dan ada beberapa kaul untuk dapat kesusksesan.
Pertama raja memohon ke Pura Uluwatu dan dianugerahi keris yang bernama Ki Cekle.
Dengan menggunakan keris itu Sasak pun ditakklukkan.
“Sasak tak mau mengalah dan meminta diadakan adu jangkrik. Raja menerima dan menggunakan jangkrik betulan tapi di sana menggunakan jangkrik siluman sehingga sempat kalah dan kembali ke Uluwatu biar menang adu jangkrik,” jelasnya.